Rabu, 14 November 2007

Tenaga Dalam

Tenaga-Dalam Menjawab Tantangan Zaman Oleh GENDING RASPUZI, S.H.
TENAGA dalam sudah sering kita dengar, tetapi sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai definisi atau hakekat tenaga dalam itu. Ada yang mengaitkan tenaga dalam dengan hal yang bersifat spritual atau bahkan dengan mistik. Ada juga yang mengartikannya sebagai tenaga diri sendiri yang diolah untuk tujuan tertentu, misalnya untuk kanuragan atau kesehatan. Di pihak lain ada pula yang meyakininya sebagai tenaga bantuan dari Yang Mahakuasa. Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan sementara bahwa tenaga dalam adalah sesuatu yang dapat menimbulkan kekuatan dan kemampuan luar biasa yang dilakukan oleh seorang manusia. Berjalan di atas bara api, mematahkan berlapis-lapis kikir baja, menghancurkan batu kali, kebal senjata tajam atau melempar lawan dari jauh tanpa menyentuhnya adalah sebagian contoh kemampuan yang diperoleh dengan mempelajari tenaga dalam.
Fenomena tenaga dalam banyak dijumpai di perguruan-perguruan seni beladiri seperti pencak silat, karate, wushu, dan lain-lain yang memberikan materi tenaga dalam kepada murid-murid senior yang sudah dianggap mampu menerimanya. Namun, pada perkembangan dewasa ini, banyak berdiri perguruan-perguruan tenaga dalam yang khusus mengajarkan tenaga dalam dengan berbagai jenis metode. Di samping itu, pendekatan ilmiah dan teori-teori modern mulai diperkenalkan agar tenaga dalam dapat diterima oleh berbagai lapisan masyarakat.
Bagaimana tenaga dalam itu dapat timbul, dengan cara apa tenaga dalam tersebut dapat dimiliki oleh seseorang, dan apa sesungguhnya hakekat dan tujuan mempelajari tenaga dalam, adalah hal yang menarik untuk didiskusikan. Untuk mengungkap tenaga dalam sesuai dengan proporsi sebenarnya, pada tanggal 5 Oktober 2002 di Gedung Pusat Bank NISP Bandung akan digelar acara yang terhitung langka yaitu ”Seminar, Workshop tenaga dalam, dan pernapasan. Pembicara yang akan hadir merupakan tokoh dari beberapa perguruan/aliran bela diri yang khusus mendalami ilmu tenaga dalam dan teknik olah pernapasan. Acara ini terlaksana atas kerja sama Duel Martial Arts Enterprise dengan Harian Umum Pikiran Rakyat.
Yang menarik, para peserta akan disuguhi peragaan jurus yang dilanjutkan dengan pelatihan bagi para peserta oleh guru dan praktisi dari perguruan dan aliran tersebut.
Di Indonesia banyak sekali perguruan dan aliran seni bela diri yang melatihkan tenaga dalam secara khusus. Namun, dalam seminar dan workshop kali ini baru bisa ditampilkan lima orang pembicara yang mewakili aliran atau perguruannya, antara lain Tatang Budi Suryana yang akan membahas tentang Taichi, Drs. H. Maryanto dari Lembaga Seni Pernapasan Satria Nusantara, Poerwoto Hadipoernomo atau lebih dikenal dengan panggilan Mas Pung dari Perguruan Pencak Silat Betako Merpati Putih, Drs. H. Indra Abidin dari Perguruan Pencak Silat Nampon, dan Kadar Munandar yang mewakili Maenpo aliran Sabandar dari Cianjur.
Hal yang menarik dari kelima perguruan tersebut, masing-masing dapat membangkitkan tenaga dalam dengan cara mengolah teknik pernapasan, tetapi karena cara pengolahannnya berbeda-beda sesuai dengan karakter dari keilmuannya masing-masing, maka hasil yang diperolehnya pun menjadi tidak sama. Berikut ini gambaran singkat mengenai profil perguruan dan aliran tersebut.
Lembaga Seni Pernafasan Satria Nusantara, merupakan lembaga yang mengembangkan pelatihan olah raga seni pernapasan untuk tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dalam hal ini meliputi aspek mengupayakan kesembuhan dari derita penyakit, maupun meningkatkan stamina dan kebugaran tubuh yang lebih baik. Satria Nusantara didirikan di Yogyakarta pada tanggal 31 Agustus 1985. Untuk lebih memantapkan amal usahanya, pada 11 Agustus 1986 dibentuk Yayasan Satria Nusantara yang kemudian disahkan menjadi Lembaga Seni Pernapasan Satria Nusantara pada 17 Juli 1993.
Selaku pendiri, Guru Besar, dan Pembina, Drs. H. Maryanto sangat serius dalam mengembangkan LSP Satria Nusantara. Berbagai inovasi maupun penyempurnaan kurikulum pelatihan telah banyak dilakukan, sehingga dampak manfaat dari latihan semakin dapat dirasakan oleh anggota. LSP-SN mempunyai ciri : aman, murah, meriah, dan massal.
Untuk realisasi penelitian secara medis, mulai 1 Januari 1991 Satria Nusantara bekerja sama dengan Depkes melalui P4K Surabaya mendirikan Laboratorium P4TD (Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Penghusadaan Tenaga Dalam) di Surabaya.
Setelah selesai 12 hari latihan tahap pertama (pradasar), sudah dapat dirasakan perkembangan kesehatan tubuhnya lebih baik, bahkan beberapa penyakit dapat hilang atau berkurang dalam waktu bersamaan. Hal ini mungkin terjadi karena pelatihan yang memadukan gerak, nafas, dan konsentrasi dapat menormalkan kembali organ-organ dalam tubuh yang mengalami gangguan.
Pelatihan Satria Nusantara dapat meningkatkan antibodi sehingga dapat menyembuhkan dan menangkal berbagai penyakit. Penyakit yang efektif dapat disembuhkan adalah penyakit disfungsional tubuh, yaitu penyakit pada organ tubuh yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti penyakit jantung, liver, ginjal, diabetes, kanker, migrain, tekanan darah, stroke, wasir, dan sebagainya. Juga efektif untuk jenis penyakit psikomatis, seperti maag, sariawan, asma, alergi, stress, sulit tidur, tidak nafsu makan, sembelit, dan sebagainya. Lebih dari itu anggota yang telah memiliki kemampuan peka terhadap getaran, akan mampu membantu orang lain sebagai penghusada atau juru sembuh.
Taichi Chuan, secara harfiah biasanya diterjemahkan sebagai sumber utama seni beladiri. Istilah ‘Sumber Utama’ menunjuk pada konsep Cina mengenai asal dari universal, yaitu prinsip Yin dan Yang. Dalam kenyataannya, simbol umum dari Yin Yang sering disebut sebagai diagram Taichi.
Menurut legenda yang berkembang di masyarakat Cina, pendiri Taichi adalah Chang San-Feng yang diperkirakan hidup antara tahun 1297 sampai 1368. Banyak yang percaya bahwa Chang adalah seorang biarawan Shaolin yang memutuskan untuk meninggalkan kehidupan keagamaannya dan kemudian menjadi seorang Taois. Di Gunung Wudang, dia meninggalkan gaya perkelahian keras yang dipelajari sebelumnya dan kemudian merumuskan gaya beladiri baru berdasarkan kelembutan dan kelenturan.
Chang mengembangkan seni beladiri yang mempergunakan kelembutan dan kekuatan internal untuk mengatasi kekuatan yang kasar. Ia menuliskan kata-kata sebagai berikut: ‘Dalam setiap gerakan, setiap bagian tubuh harus ringan aktif (mudah bergerak) dan terangkai satu sama lainnya. Postur tidak boleh terputus, gerakan harus dilepaskan melalui kaki, diarahkan oleh pinggang dan diekspresikan oleh jari-jari. Gerakan-gerakan yang substansial dan yang tidak substansial harus dibedakan dengan jelas’.
Selanjutnya, Taichi berkembang menjadi berbagai macam aliran (style), antara lain Chen, Yang, Sun dan Wu. Dewasa ini Taichi sudah diterima di berbagai negara di dunia dan menjadi salah satu kategori yang dipertandingkan di dalam kejuaraan Wushu.
Selain sebagai seni bela diri yang andal, Taichi memiliki manfaat lain yaitu membentuk badan yang sehat dan bugar. Apabila melakukan latihan Taichi disertai dengan teknik pernapasan dan sistematika yang benar, dan didampingi oleh pelatih yang ahli, maka seseorang bisa merasakan lebih bersemangat atau segar setelah berlatih dan tidak merasa lelah.
Daya konsentrasi akan menjadi lebih baik, demikian juga dengan daya ingat dan daya tangkap akan menjadi lebih cepat. Daya rasa tubuh bisa cepat merasakan mana yang cocok dan mana yang kurang cocok untuk kita. Tubuh kita akan mempunyai daya tahan dari segala rangsangan, baik dari luar maupun dari dalam. Daya pengendalian akan lebih baik terutama dalam mengendalikan emosi.
Sesuai dengan amanat kedua orang tuanya agar menyebarkan ilmu warisan keluarga kepada masyarakat, PPS Betako Merpati Putih didirikan oleh Poerwoto Hadi Poernomo dan Budi Santoso Hadi Poernomo (alm) pada tahun 1963 di Yogyakarta.
Tahun 1973, Merpati Putih diundang oleh AKABRI Udara untuk mengadakan penelitian mengenai segi-segi yang menyangkut metode latihan. Penelitian ini ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dari Fakultas Kedokteran UGM, antara lain Prof. Dr. Achmad Muhammad. Hasilnya menggembirakan, dan mendorong pengembangan wawasan yang lebih luas bagi Merpati Putih.
Kerja sama untuk penelitian datang dari berbagai pihak seperti kerja sama perguruan dengan Kobangdiklat/Pusjasmil TNI AD di Cimahi tahun 1984, kerja sama dengan rumah sakit Pertamina di Jakarta tahun 1984, bekerja sama dengan YON II 203/Arya Kemuning tahun 1985, bekerja sama dengan UPT Lab Uji Konstruksi BPPT Serpong Tangerang tahun 1986. Di samping mengembangkan aspek beladiri dan olah raga, perguruan ini juga mencoba menyentuh aspek sosial, yakni melalui Yayasan Merpati Putih Abadi yang membuat dan melaksanakan program pembinaan bagi tuna netra sejak tahun 1989.
Merpati Putih merupakan perguruan yang mempelajari metode getaran dalam sebuah latihan yang alami. Dengan mempelajari getaran, seorang praktisi Merpati Putih akan dapat meraih tenaga getar yang kuat. Dengan memiliki kemampuan ini, ia mampu mendeteksi objek-objek yang tersembunyi dan dapat membaca situasi berdasarkan pada energi yang ada di sekitarnya.
Melalui latihan getaran orang tuna netra pun akan mampu membedakan dan mengidentifikasi bentuk, warna, tekstur, arah, kecepatan, volume, dan komposisi berbagai objek. Kini terdapat kurang lebih 3000 orang tunanetra di Indonesia yang telah berlatih Ilmu Getaran Merpati Putih dan mereka dapat hidup mandiri.
Baru-baru ini Singapura telah mengirim beberapa orang tuna netra ke Jakarta untuk mendalami Ilmu Getaran Merpati Putih. Ilmu ini dapat digunakan sebagai orientasi dan mobilitas bagi siapa saja yang kehilangan daya lihat karena kecelakaan atau disebabkan oleh penyakit seperti Glukoma, Retinitis Pigmentosa dan lain-lain.
Seorang anggota Merpati Putih yang terlatih dalam ilmu getaran dapat melakukan pedeteksian radiasi nuklir. Hal ini telah dikaji lebih dalam di BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional) dan hasilnya sangat memuaskan.
Ilmu pengobatan Merpati Putih juga mampu mengobati pasien yang mengalami ketergantungan narkoba, bahkan pasien yang telah diobati akan menjadi alergi terhadap narkoba. Jumlah pasien yang telah sembuh saat ini ada 20 orang. Proyek ini telah berlangsung di Semarang dan didukung oleh Pemda Jateng dan sudah masuk dalam APBD tahun 2001.
Nampon atau lebih dikenal dengan nama panggilan Uwa Nampon sudah dikenal sejak jaman sebelum kemerdekaan, terutama di kalangan tokoh-tokoh persilatan di Jawa Barat. Nampon lahir di Ciamis Jawa Barat tahun 1888, pernah bekerja di Jawatan Kereta Api (PJKA) kemudian pindah ke daerah Padalarang.
Menurut riwayat, Nampon pernah berguru pencak silat kepada R.H. Ibrahim, pendiri pencak silat aliran Cikalong Cianjur. Selain itu, ia juga mempelajari bermacam-macam aliran pencak silat, termasuk ilmu tenaga dalam yang pada waktu itu dikenal dengan istilah penca gebreg. Ilmu yang diperolehnya itu oleh Nampon kemudian digabungkan menjadi jurus-jurus baru yang kini dikenal dengan nama Jurus Nampon. Di PPS Nampon, tenaga dalam yang telah digabungkan dengan Jurus Sabandar, Kari, Madi disebut Jurus Halus, sedangkan Jurus Peupeuhan dinamakan Jurus Keras. Istilah yang sering digunakan di lingkungan Nampon untuk tenaga dalam adalah spierkracht. Kracht merupakan daya yang ditimbulkan dengan jalan senam atau jurus pernapasan.
Sejak tahun 1932, Nampon mengajarkan ilmunya di daerah Ciburial Padalarang Jawa Barat, di antara murid-muridnya banyak terdapat tokoh-tokoh kemerdekaan. Untuk lebih memudahkan silaturahmi antara murid-murid Nampon, pada 21 Juni 1993 di Jakarta dibentuk Paguron Penca Silat Nampon (PPSN). PPSN terus berkembang dengan pesat terutama di Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur dan daerah-daerah lainnya di luar Jawa. Murid-muridnya terdiri dari berbagai lapisan masyarakat mulai dari kalangan usahawan, selebritis, pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum. Perguruan ini memiliki materi pelajaran yang sangat praktis dan efektif untuk mempertahankan diri dari serangan lawan baik dari jarak dekat maupun jarak jauh. Selain materi pelajaran tenaga dalam dan jurus-jurus pencak silat, diberikan pula pelajaran teknik pengobatan melalui ilmu tenaga dalam.
Aliran Sabandar diciptakan oleh Mohammad Kosim seorang perantau yang berasal dari Pagarruyung Sumatera Barat yang berkelana sampai ke Pulau Jawa. Ia sempat tinggal di Jakarta dan pada akhirnya sampai di Kampung Sabandar Cianjur dan menetap di sana. Nama Aliran Sabandar diambil dari tempat tinggal penciptanya yaitu Kampung Sabandar Cianjur.
Pelajaran seni beladiri aliran ini, pertama kali diketahui dan dipelajari oleh Rd. H. Enoh, murid generasi pertama dari Rd. H. Ibrahim yang masih merupakan kemenakannya. Sejak saat itu, kerabat-kerabat yang belajar kepada Rd. H. Ibrahim juga mempelajari Aliran Sabandar ini sehingga mulai saat itu di Cianjur pada umumnya sudah dianut dua aliran pencak silat yaitu aliran Cikalong dan aliran Sabandar.
Jurus pokok yang terdapat di dalam Maenpo Aliran Sabandar ada lima, yang di dalam aplikasinya setiap jurus dapat dikembangkan lagi sesuai dengan kondisi lawan saat itu.
Di dalam aliran Sabandar yang dikembangkan oleh Aa Aman, Cikaret, Cianjur, keadaan lawan yang menyerang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu lawan yang menggunakan kekuatan penuh, lawan yang menggunakan kekuatan setengah, dan lawan yang tidak menggunakan tenaga. Menghadapi ketiga macam keadaan tersebut, maka seorang praktisi Sabandar akan mengantisipasinya dengan tiga cara pula, yaitu dengan cara pangkat (awal), tengah, dan tungtung (akhir). Proses belajar diterapkan dengan cara bertahap, mulai dari mempelajari jurus secara benar, perkelahian jarak dekat dengan metode tempelan menggunakan teknik-teknik yang bersifat fisik, sampai dengan menghadapi lawan dari jarak jauh dengan menggunakan tenaga batin. Namun, karena Sabandar mempelajari cara perkelahian jarak jauh, banyak yang mengatakan bahwa Sabandar adalah perguruan atau aliran tenaga dalam.
Dengan diselenggarakannya Seminar dan Workshop Tenaga Dalam dan Pernapasan, diharapkan wawasan masyarakat terhadap ilmu tenaga dalam dan pernapasan akan semakin luas, dan yang paling penting peranan para praktisi tenaga dalam dan pernapasan harus dapat dirasakan oleh masyarakat luas.
Bagi yang berminat mengikuti seminar dan workshop dapat menghubungi Sekretariat Panitia di Jln. Titiran No. 19, Bandung 40133. tlp/Fax. (022) 2500398, 08122386543, dan 08122342210.***
(Penulis adalah Redaktur Majalah ”Duel”).
Sumber : pikiran rakyat

Tidak ada komentar: