Rabu, 14 November 2007

Cikalong

ALIRAN CIKALONG
RADEN HAJI IBRAHIM DAN CIKALONG
R. Idrus
Setelah menerima ilmu dari berapa orang guru, R.H. Ibrahim melakukan
perenungan selema tiga tahun dengan cara sering berkhalwat di sebuah
gua di Kampung Jelebud di pinggir sungai Cikundul Leutik, Cikalong
Kulon, Cianjur. Dari Sinilah mulai terbentuk cikal bakal aliran Cikalong.
Nama aliran Cikalong diberikan oleh para pengikutnya dengan mengambil
nama tempat tinggal R.H. Ibrahim atau tempat awal penyebaran aliran ini.
Silsilah Leluhur
RD. Haji Ibrahim
Kangjeng Dalem Rd. Wiratanudatar I
(Kanjeng Dalem Cikundul)
Kangjeng Dalem Rd. Wiratanudatar II
(Kanjeng Dalem Tarikolot)
Kangjeng Dalem Rd. Wiratanudatar III
(Kanjeng Dalem Dicondre)
Kangjeng Dalem Rd. Wiratanudatar IV
(Kanjeng Dalem Sabirudin)
Kangjeng Dalem Rd. Wiratanudatar V
(Kanjeng Dalem Muhyidin)
Kangjeng Dalem Rd. Wiratanudatar VI
(Kanjeng Dalem Dipati Enoh)
Rd. Wiranagara (Aria Cikalong)
Rd. Rajadireja (Aom Raja) Cikalong
Rd. Jayaperbata (Rd. Haji Ibrahim)
Telah disepakati oleh kalangan tokoh pencak silat bahwa pencipta dan penyebar pertama aliran pencak
silat Cikalong adalah R. Jayaperbata yang kemudian berganti nama menjadi R. Haji Ibrahim setelah beliau
berziarah ke Tanah Suci. R.H. Ibrahim adalah keturunan bangsawan Cianjur.
Sejarah terbentuknya aliran ini, menurut beberapa sumber dimulai ketika R.H. Ibrahim berguru kepada
kakak iparnya sendiri (suami Nyi Raden Hadijah, kakak R.H. Ibrahim) yaitu R. Ateng Alimuddin, seorang
saudagar kuda dari Jatinegara. Permainan pencak silat R. Ateng Alimudin sendiri adalah Cimande
Kampung Baru. Atas perunjuk R. Ateng Alimudin, R.H. Ibrahim kemudian disarankan untuk melanjutkan
pelajarannya pada Bang Ma’ruf, seorang guru pencak silat di Kampung Karet, Tanah Abang, Jakarta.
R.H. Ibrahim yang juga mempunyai usaha jual beli kuda kerap kali pulang pergi antara Cianjur dan
Jakarta. Sewaktu berada di Jakarta, dimanfaatkannya untuk belajar pencak silat dari Bang Ma’ruf. Ketika
sedang belajar di Bang Ma’ruf, secara tidak sengaja R.H. Ibrahim berkenalan dengan tetangga Ban Ma’ruf
yang bernama Bang Madi, seorang penjual kuda yang berasal dari Pagarruyung, Sumatra Barat. Setelah
berkenalan dan akhirnya bersambung tangan, akhirnya diketahui bahwa Bang Madi adalah seorang ahli
pencak silat yang sangat tangguh. Sejak saat itu, tanpa sepengetahuan Bang Ma’ruf, R.H. Ibrahim mulai
berguru kepada Bang Madi. Karena R.H. Ibrahim adalah seorang bangsawan yang cukup kaya, maka
agar lebih leluasa, Bang Madi langsung didatangkan ke Cianjur untuk mengajar di sana. Segala keperluan
hidup untuk keluarganya ditanggung oleh R.H. Ibrahim. Dari Bang Madi diperoleh ilmu permainan rasa,
yaitu sensitivitas atau kepekaan rasa yang positif sehingga pada tingkat tertentu akan mampu membaca
segala gerak lawan saat anggota badan bersentuhan dengan anggota badan lawan, serta segera
melumpukannya. Menerut beberapa tokoh, salah satu ciri atau kebiasaan dari Bang Madi adalah mahir
dalam melakukan teknik “bendung” atau menahan munculnya tenaga lawan, di samping “mendahului
tenaga dengan tenaga”. Di kalangan aliran Cikalong teknik ini disebut “puhu tanaga” atau “puhu gerak”.
Setelah dianggap mahir, atas petunjuk Bang Madi, R.H. Ibrahim disarankan untuk menemui seorang
tokoh dari Kampung Benteng, Tangerang yang bernama Bang Kari. Sebelum diterama menjadi murid,
R.H. Ibrahim sempat dicoba dahulu kemampuannya. Bang Kari pun kemudian mengetahui bahwa yang
datang kali ini adalah orang yang sangat berbakatdan mempunyai masa depan yang cemerlang di dunia
persilatan. Dari Bang Kari, R.H. Ibrahim mendapatkan (ulin peupeuhan) ilmu pukulan yang mengandalkan
kecepatan gerak dan tenaga ledak. Selain dari keempat tokoh pencak silat dia tas, R. H. Ibrahim banyak
berguru pada tokoh-tokoh lain. Ada yang mengatakan sampai tujuh belas orang guru, bahkan ada juga
yang mengatakan lebih dari empat puluh orang guru. Dari hasil berguru tersebut kemudian R.H. Ibrahim
melakukan perenungan selama tiga tahun dengan cara sering berkhalwat di sebuah gua di kampung
Jelebud, di pinggir sungai Cikundul Leutik, Cikalong Kulon, Cianjur. Dari Sinilah mulai terbentuk cikal bakal
aliran Cikalong. Nama aliran Cikalong diberikan oleh para pengikutnya dengan mengambil nama tempat
tinggal R.H. Ibrahim atau tempat mulaialiran pencak silat ini disebarkan.
Pada mulanya aliran ini melalui tahapan atau proses tertentu yang masih berubah-ubah dari waktu ke
waktu sebelum ditemukan bentuk yang baku. Di samping cara R.H. Ibrahim mengajar selalu disesuaikan
dengan keadaan badan, bakat, serta kesenangan murid. Maka tidaklah mengherankan apabila banyak
murid-murid R.H. Ibrahim yang mempunya permainan yang berbeda satu sama lain. R.H. Tamidi
misalnya, menyukai ameng peupeuhan atau permainan yang banyak mengandalkan pukulan; R. Obing
yang lebih senang menggunakan ulin rasa atau ulin tempelan yang mengandalkan kehalusan rasa; R.
Muhyidin lebih sering menggunakan usik puhu yang selalu mendahului gerak lawan. Sedangkan R. Idrus
lebih menyukai usik tungtung yang melakukan serangan balik ketika serangan lawan suda habis, dan
masih banyak lagi lainnya.Yang menarik adalah pada saat yang sama di Cianjur juga terdapat seorang
tokoh pencak silat bernama Muhammad Kosim asal Pagarruyung yang tinggal di Kampung Sabandar
Cianjur (lebih terkenal dengan panggilan Mama Sabandar). Ia mengajarkan ilmunya kepada beberapa
bangsawan Cianjur, yang juga merupakan murid R.H. Ibrahim, di antaranya adalah R.H. Enoh, sehingga
pada Perkembangan selanjutnya di Cianjur terdapat aliran Cikalong –Sabandar. R.H. Ibrahim sendiri tidak
pernah berguru kepada Mama Sabandar. Menurut beberapa sumber, mereka pernah bertemu dan
bertanding di Purwakarta dan hasilnya tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah, namun masingmasing
saling mengakui kehebatan lawannya.
Bagan Sebagian Tokoh Yang Berhubungan Dengan Aliran Cikalong
R. Muyidin
R.H. Ibrahim meninggal pada tahun 1906 dan dimakamkan di
pemakaman keluarga Dalem Cikundul, Cikalong, Cianjur.
Salah satu ciri aliran Sabandar adalah mahir dalam mengalirkan
tenaga, yang dalam kalangan pencak silat dikenal dengan istilah
liliwatan, coplosan atau kocoran. Perkembangan aliran Cikalong pada
awalnya tidak begitu pesat. Ini disebabkan beberapa hal. Di antaranya
R.H. Ibrahim sangat selektif dalam memilih muridnya, diduga karena
adanya kekhawatiran adanya penyalahgunaan ilmu pencak silat yang
dapat membahayakan itu. Di samping itu, sebagai seorang keturunan
bangsawan yang tidak membutuhkan tambahan biaya hidup dari
murid-muridnya, dengan sendirinya ia dapat memilih-milih muridmuridnya.
Hanya mereka yang disukainya atau yang dianggap akan
menjaga nama baik keluarganya dan aliran pencak silatnya saja dapat
menjadi muridnya. Maka dapat dipahami, jika murid-muridnya
kebanyakan berasal dari kalangan bangsawan, yaitu kelompok
masyarakat dari mana R.H. Ibrahim sendiri dilahirkan. Walaupun saat ini aliran Cikalong tidak
seeksklusif pada masa awal pertumbuhan dan perkembangannya, namun pengaruh dari kondisi
sosiologis yang menjadi penunjang di masa-masa awal itu masih membekas sampai sekarang.
Walaupun di kemudian hari diramalkan pengaruh ini akan semakin menipis, sehingga masyarakat umum
akhirnya akan menjadi pemilik aliran pencak silat ini. Beberapa penerus aliran ini adalah R.H. Enoh, R.
Brata, R. Obong Ibrahim, R. Didi, R.O. Soleh, dan lain-lain. Terdorong oleh rasa tanggung jawab serta
menghindarkan terkuburnya aliran pencak silat ini karena meninggalnya atau akan meninggalnya para
tokoh atau ahli pencak silat Cikalong yang saat ini masih hidup, juga untuk melestarikan aliran pencak
silat ini, Abdur Rauf sebagai salah seorang keturunan langsung dan pimpinan Paguron Maenpo Raden
Haji Ibrahim Djaja Perbata Cikalong, membuat suatu tulisan singkat mengenai “Sedikit Perkenalan
Dengan Kaedah-kaedah Pokok Maenpo Cikalong. Aliran pencak silat (tepatnya pecahan aliran) yang
dipengaruhi aliran Cikalong antara lain adalah aliran Cikaret dan Sanalika. Sedangkan perguruan yang
mempelajari aliran ini di antaranya adalah Paguron Pusaka Cikalong (PPC) Cianjur, Paguron Pusaka
Siliwangi, dan hamper semua perguruan pencak silat di jawa barat mendapat pengaruh aliran ini.
R. Popo Sumadipradja
Saat ini merupan tokoh perguruan silat
“Gagak Lumayung”Bandung
R. Abad Moh. Sirod yang mendapat ilmu dari R. Busrin mengembangkan metode belajar pencak silat
dengan menyusun 30 jurus dasar yang dikenal dengan istilah 27 jurus kajadian dan 3 jurus maksud.
Jurus-jurus ini diambil dari kejadian maenpo (istilah lain untuk beladiri pencak silat). Penjelesan selengkapnya
disusun dalam buku yang berjudul Tuduh Kaedah Meanpo (Petunjuk Kaidah Pencak Silat).
R. Obing yang belajar dari R.H. Ibrahim dan R. H. Enoh mengembangkan 5 jurus dasar yang
menggunakan langkah dengan arah menyerong, mempelajari cara menyimpan dan memindahkan titik
berat badan, serta menggabungkan gerak dengan teknik pernapasan. R.O. Saleh (Gan Uweh) yang
belajar dari R. Idrus dan R. Muhyidin mengembangkan 10 jurus dasar, 3 pancar, jurus 7, dan
masagikeun (kombinasi). Perguruan yang didirikannya adalah Paguron Pusaka Cikalong (PPC).
R. Ateng Karta yang berasal dari Banyuresmi, Garut belajar dari R. Utuk mengembangkan 5 jurus dasar
beserta beberapa pecahannya. Perguruan yang didirikannya adalah Perguruan Pencak Silat Sanalika.
Dari beberapa contoh di atas dapat dilihat bahwa aliran pencak silat Cikalong berkembang dari generasi
ke generasi berikutnya. Ada yang mengembangkannya di perguruan yang didirikannya dan ada pula
yang tidak malalui perguruan (Individu). (GR)
R. Abad M. Sirod (kiri)
R. abad M. Sirod yang mendapat
ilmu dari R. Busrin mengembangkan
metode belajar pencak silat dengan
menyusun 30 jurus dasar yang
dikenal dengan istilah 27 jurus
kajadian dan 3 jurus maksud. Jurusjurus
ini diambil dari kejadian dalam
maenpo (istilah lain untuk beladiri
pencak silat). Penjelasan
selengkapnya disusun dalam buku
yang berjudul “Tuduh Kaedah
Maenpo” (Petunjuk Kaidah Pencak
Silat).
R. Didi Muhtadi (Gan Didi)
R. Didi Muhtadi (Gan Didi) yang
belajar dari R. Bratadilaga (anak
R.H. Ibrahim) dan R. Obing selain
mengembangkan aspek beladiri
(maenpo), juga mengembangkan
aspek seninya di perguruan Pusaka
Siliwangi yang didirikannya pada
tahun 1930. Ia mengembangkan 13
jurus dasar dengan beberapa pola
langkah.
R.O. Saleh (Gan Uweh)
R.O Saleh ( Gan Uweh) yang belajar
dari R. Idrus dan R. Muhyidin
mengembangkan 10 jurus dasar, 3
pancer, jurus 7, dan masagikeun
(kombinasi). Perguruan yang
didirikannya adalah Paguron Pusaka
Cikalong (PPC).
Abah Aleh (1856 – 1980)
Abah Aleh yang beresal dari
Sumursari, Garut salah seorang
gurunya adalah R. Achmad (Gan
Enggah) mengembangkan 9 jurus
dasar dan 3 jurus peupeuhan. Ia
mendirikan Himpunan Pencak Silat
Panglipur pada tahun 1909.

Tidak ada komentar: