Rabu, 14 November 2007

ADA APA DENGAN "PENCAK SILAT" ?

Ada Apa Dengan Pencak Silat?
Post By indosilat
Thursday, September 14, 2006 17:37:40
Clicks: 1000



Mungkin ini adalah kata yang tepat untuk olah raga beladiri tradisional negeri ini. Ada rasa asing bagi anak negeri terhadap seni beladiri sendiri. Ketika tiap olah raga bela diri mulai merambah sendi kehidupan generasi muda anak negeri, ada yang terbalik dengan keadaan Pencak Silat. Silat, silek, pencak silat, penca, menca, mamenca, atau apapun istilah lainnya kini malah mulai tertidur. Ada ironi yang menghinggapi hati negeri ini. Ketika negeri jiran kini amat bangga dengan budayanya, kini kita malah dihinggapi rasa rendah diri terhadap karya budaya sendiri, andaikan dulu kita adalah bangsa yang rendah hati kini kita adalah bangsa yang rendah diri. Keunikan dan dan kekhasan Pencak Silat kini tergeser oleh imej (image) yang terlanjur tertempel pada diri Pencak Silat itu sendiri. Bahwa Pencak Silat adalah olah raga bela diri dari kampung. Banyak usaha yang telah dilakukan anak negeri ini memperkenalkan Pencak Silat kepada dunia dan seperti yang kita ketahui kini olah raga bela diri ini telah banyak digemari dan dipelajari lebih dari 20 negara yang tergabung dalam PERSILAT. Sayangnya pesatnya perkembangan Pencak Silat di negeri lain tidak dapat diimbangi dengan kemajuan di negeri asalnya. Sungguh suatu yang menyakitkan bila kita teliti bahwa imej (image) yang terlanjur tertanam bahwa Pencak Silat adalah bela diri asal kampung kini malah terseret menjadi kampungan karena ketidakmampuan kita dalam manajemen dan organisasi. Kini satu persatu perguruan Pencak Silat, baik yang berorientasi olah raga, seni, maupun bela diri mulai berguguran, satu persatu mulai kehilangan murid maupun peminat. Jika ada hal unik yang dapat Pencak Silat tawarkan, seharusnya tiap orang akan tahu apa yang “dijual” Pencak Silat. Ketidaktahuan Guru, Pelatih, instruktur beladiri ini dalam “mengemas” dan “menjual” Pencak Silatlah yang akhirnya membuatnya menjadi anak tiri di rumah sendiri. Bagaimana mungkin kita akan “membeli” sesuatu jika apa yang kita lihat dan kita dengar tidak membuat kita tertarik. Gegap gempita dan riuh rendahnya suasana gelanggang sepuluh-lima belas tahun lalu dalam tiap kejuaraan kini mulai sepi, terasalah bagi para pesilat yang berumur bahwa kini suasana seperti dulu tak dapat mereka nikmati. Tinggal kenangan manis yang tersisa. Kesedihan yang tertanam pada hati tiap pesilat, pendekar maupun guru, tak akan mampu terbayar oleh apapun. Hasil yang ada tak sebanding dengan pengorbanan yang mereka lakukan. Kita yang memiliki Padepokan Pencak Silat terbesar didunia, malah menjadi asing apabila masuk kedalamnya. Sepinya kegiatan Pencak Silat ditiap hari dalam padepokan yang notabenenya rumah sendiri bagi pesilat, membuat bingung kita. Padepokan yang terlihat bagaikan sosok gedung gagah yang tak ramah. Masih sejumput tanya yang tersisa kini, adakah kita akan membiarkan sang “Harimau” (Pencak Silat) tertidur? Harimau tetaplah harimau walau tertidur, tapi harimau terjaga lebih ditakuti daripada yang tertidur. Apakah kita akan biarkan Pencak Silat menjadi kampungan sementara diantara kita mampu membantu baik dari penataan organisasi, mengemas “selling point” dan keunikan Pencak Silat hingga laku di “jual” pada anak negeri? Apakah kita akan membiarkan “rumah” kita sepi melompong, sementara kita mampu mengisinya? Jangan jadikan “rumah” kita menjadi gedung yang tak ramah. Jika yang ada dalam hati kita kita tidak, maka mulailah kita melangkah dengan keahlian masing-masing untuk kembali “membangunkan” Pencak Silat. Adalah bukan hal yang mustahil Pencak Silat akan menjadi jati diri bangsa selain sebagai aspek olah raga, bela diri, budaya dan religi. ada istilah tiap hutan ade harimaunye, tiap tempat ade jagonye…..nah kalau tiap negara ada beladirinya…..kenapa Pencak Silat tidak jadi harimau dihutannya sendiri? salam takzim buat semua… By Iwan Setiawan Anggota Milis Silatbogorwww.silatindonesia.com
Aliran Kari Cikaret - Ilmu Pukulan yang Mematikan
Post By core01
Sunday, August 12, 2007 19:42:46
Clicks: 1281



Kari Cikaret tidak mengenal praktek latihan dengan memukul benda-benda keras. Oleh : AMAL IHSAN Plak! Sebuah tamparan ke arah pipi kiri terdengar begitu nyaring. Dari suaranya, bisa dipastikan tamparan itu sangat keras dan menyakitkan. Tak mengherankan jika yang terkena tamparan itu langsung lari terbirit-birit menghindar. Beberapa orang yang menyaksikan adegan tersebut langsung tertawa. Kalian sih bisa tertawa, saya sudah kenyang kena pukulannya. Menyentuhnya saja sudah merinding, kata Mamai sembari bergidik. Mamai adalah salah satu murid aliran pencak silat Kari Cikaret. Yang menampar dia adalah sang guru, Dudun Abdullah. Wajar apabila yang berlatih bergidik. Sebab, siapa pun yang melihat peragaan jurus pukulan yang sangat cepat dan keras itu pasti akan merasa ngeri bercampur kagum. Wak Dudun--sang guru biasa disapa--adalah putra Aa Toha (wafat pada 1972), yang menjadi perintis aliran ini. Nama Kari diambil dari nama Bang Kari, guru silat asal Kampung Benteng, Tangerang, yang menjadi sumber ilmu. Sedangkan Cikaret adalah nama daerah di Cianjur, tempat Aa Toha bermukim. Tidak banyak yang diketahui soal Bang Kari kecuali bahwa ia adalah salah seorang guru dari Rd. H Ibrahim, pendiri Cikalong. Menurut Rd. Memet, salah seorang sesepuh Maenpo Cianjur, Ibrahim semula berguru kepada Bang Madi, asal Kampung Tengah, Tanah Abang, Batavia. Suatu ketika Bang Madi memintanya berguru ke Bang Kari di Tangerang untuk menambah pengalaman. Bang Kari sendiri terkenal sebagai tokoh pencak silat yang menguasai permainan pukulan (peupeuhan). Sesampainya di sana, Ibrahim mengungkapkan niatnya untuk belajar silat. Semula Bang Kari tidak langsung menyetujuinya. Tapi, setelah dijelaskan oleh Ibrahim bahwa ia datang atas petunjuk Bang Madi, Bang Kari lalu paham bahwa secara halus Bang Madi meminta ia mencoba muridnya dan lantas mengajarkan ilmunya. Ibrahim disuruh memasang kuda-kuda dan Bang Kari lantas menyerangnya bertubi-tubi. Ibrahim mampu menghindari semua serangan Bang Kari. Tapi, sebaliknya, Ibrahim pun tidak bisa menjatuhkan Bang Kari. Dia hanya mampu berputar-putar menghindar tanpa mampu menyerang Bang Kari. Ketika Bang Kari hendak menyerang dengan menginjak kaki Ibrahim, serangan tersebut bisa dihindari sehingga papan lantai rumah Bang Kari patah terkena injakan keras tersebut. Bang Kari pun akhirnya berhenti menyerang seraya berkata, Sudah cukup Raden belajar silat karena tidak ada lagi yang bisa mengalahkan Raden. Tapi Ibrahim terus memohon agar ia diterima sebagai murid. Hati Bang Kari pun akhirnya luluh dan bersedia menurunkan ilmunya, Dari Rd. H Ibrahim dan murid-muridnya itulah, yang juga belajar aliran Sabandar dari Muhammad Kosim, ilmu pukulan Bang Kari ini diwariskan sampai ke Aa Toha. Karakteristik aliran ini mengandalkan serangan tangan, baik lewat pukulan kepalan, telapak, punggung tangan, siku, maupun bagian lain dari tangan. Uniknya, bentuk kepalan dalam Kari Cikaret juga khas, yaitu dengan menonjolkan buku jari telunjuk. Kalau ini mengenai bagian tubuh yang rawan, seperti jakun atau leher, bisa mematikan, kata Wak Dudun. Selain itu, serangan dilakukan secara cepat dan bertubi-tubi. Tidak seperti aliran bela diri keras lainnya, Kari Cikaret tidak mengenal praktek latihan dengan memukul benda-benda keras. Memukul benda itu mudah, tapi yang sulit adalah memukul orang karena manusia tentu tidak akan diam kalau dipukul, katanya. Perbedaan lainnya, karena dipengaruhi aliran Cikalong dan Sabandar, Kari Cikaret juga mengenal latihan sparring dengan menempel tangan lawan untuk melatih rasa atau kemampuan mendeteksi serangan lawan. Perbedaannya, dalam latihan sparring itu, reaksi serangannya adalah dengan pukulan keras ke leher, tendangan ke arah kemaluan, cakaran ke bagian muka, dan patahan ke jemari lawan. Karena teknik silat ini yang mematikan, salah seorang murid Wak Dudun pernah membunuh seseorang dalam perkelahian. Karena dia berkelahi untuk membela diri, dia hanya dipenjara selama 2 tahun, katanya. Wajar jika Mamai lari terbirit-birit meski hanya memperagakan salah satu jurus bersama sang guru. Sebab, Maenpo Kari Cikaret memang benar-benar mematikan. www.silatindonesia.com

Tidak ada komentar: