Rabu, 14 November 2007

IPSI

Bagaimana IPSI Pasca Dwitunggal Terpecah?
Post By core01
Wednesday, August 29, 2007 03:20:57
Clicks: 1207



Musyawarah Nasional Ikatan Pencak Silat Indonesia (Munas IPSI) XII, yang memilih kembali Prabowo Subianto, sudah berakhir Jumat (24/8). Munas kali berlangsung seru sebab dwitunggal Prabowo-Rachmat Gobel, yang kompak empat tahun lalu, terpecah menjadi dua kubu sebelum munas dimulai. Bagaimana kelanjutan masa depan IPSI? Berikut pandangan Prabowo Subianto, Ketua Umum IPSI terpilih, dan Eddie M. Nalapraya, tokoh senior pencak silat Indonesia, kepada Donny Winardi. Prabowo Subianto ............................................... Sebagai ketua umum terpilih PB IPSI periode 2007-2011, saya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada saya. Terima kasih untuk panitia munas yang telah bekerja keras sehingga acara ini dapat berlangsung dengan baik. Juga untuk seluruh peserta, terutama dari daerah-daerah yang jauh, yang telah bekerja keras menghasilkan keputusan-keputusan penting buat PB IPSI empat tahun yang akan datang. Saya tidak ingin berpidato panjang lebar karena semua pasti sangat lelah setelah mengikuti munas selama empat hari. Intinya, marilah kita mengambil pelajaran dari semua yang telah terjadi dalam munas sebagai bahan untuk kita. Saya diberi waktu sebulan untuk menyusun kepengurusan. Untuk itu, saya akan secara intensif meminta dukungan dari seluruh peserta munas. Seperti yang sudah saya katakan, kondisi pencak silat kita membutuhkan crash program. Langkah-langkah cepat karena kita sedang menghadapi acara-acara besar yang strategis dalam beberapa bulan yang akan datang. Karena itu, dalam waktu yang sangat singkat saya akan mengundang para peserta munas untuk datang kembali. Kita akan bersama-sama menyusun pelatnas, yang akan dibentuk kembali. Tim pelatnas yang saat ini ada di Kalimantan sudah saya panggil kembali ke Jakarta. Dalam hari-hari ini kita akan susun kembali. Saya akan meminta bantuan perwira-perwira yang sudah dijanjikan oleh Bapak KASAD. Segera kita bentuk pelatnas yang baru supaya tidak kehilangan banyak waktu. Jadi, dalam sebulan ini akan saya ambil langkah-langkah yang cepat. Ambil yang Baik Saya ingin kita merenungkan kembali semua yang terjadi selama munas. Kita ambil yang baik dan yang kurang berkenan kita saling maafkan. Kalau ada kata-kata yang panas, itu biasa. Ibarat pantun 'kalau ada paku yang patah jangan disimpan di dalam peti, kalau ada kata-kata yang salah jangan disimpan di dalam hati'. Di sini bingung, di sana bingung, tapi hati harus tetap bersih. Sekali lagi saya ingatkan, kita ambil yang baik dan tinggalkan yang kurang baik. Kita harus ingat pada filosofi-filosofi kita, kembali pada jatidiri budaya bangsa Indonesia. Pencak silat menjadi benteng budaya bangsa Indonesia, kearifan nenek moyang kita, dari seluruh penjuru Tanah Air. Semua suku, semua daerah, seluruh bangsa Indonesia, memiliki kearifan. Kita ambil kearifan dari semua daerah. Kalau ada saudara-saudara kita yang mungkin salah paham, kita akan berusaha merangkul dan mengajak. Kita harus selalu berusaha mencari kesejukan, mencari persaudaraan. Kalau ada perbedaan di antara pendekar, itu biasa. Yang penting adalah mari selalu bersaudara. Tidak ada kesalahan yang tidak bisa diperbaiki. Itulah dasar saya untuk memimpin IPSI. Saya terima tugas ini dengan berat. Semata-mata ini adalah penugasan. Saya berharap seluruh unsur akan bahu-membahu membantu agar kehormatan bangsa yang dipertaruhkan di hadapan banyak orang dapat dipertahankan. Pencak silat harus menjadi benteng Merah Putih yang kokoh. Menjadi perekat bangsa Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Pencak silat harus dapat mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kalau dahulu IPSI lahir di tengah perang kemerdekaan, sekarang pun tidak boleh kalah dalam semangat mempertahankan NKRI sampai titik darah penghabisan! Eddie M. Nalapraya ............................................... Saya ikut mengucapkan selamat atas terpilihnya Prabowo sebagai Ketua Umum PB IPSI 2007-2011. Saya sebenarnya tidak mengikuti langsung Munas PB IPSI yang baru berlangsung karena sakit. Saya hanya mengikuti berita dari media dan informasi dari kawan-kawan. Dari berita-berita yang ada dan informasi itu, sepertinya memang ada gejala perpecahan. Saya tak ingin mempersoalkan friksi yang ada di tubuh PB IPSI. Yang jelas kini Prabowo adalah ketua umum. Kalaupun ada masalah seharusnya dapat dibicarakan secara jujur dan terbuka. Saya ingatkan pengurus yang baru nanti harus merefleksi kembali ke tujuan pendirian IPSI tahun 1948. Pengurus yang baru seharusnya menghormati para pendiri IPSI. Organisasi ini didirikan untuk mempersatukan seluruh perguruan silat yang ada di Tanah Air, bukan malah memecah belah. Seharusnya Prabowo mengajak seluruh unsur untuk duduk bersama kembali dan berbicara dengan hati lapang untuk kebaikan pencak silat di masa datang. Kunci sukses kepengurusan Prabowo adalah kemampuan dia memilih pembantu-pembantu yang bakal bertugas menjalankan seluruh program IPSI. Orang-orang yang duduk dalam kepengurusan harus dapat diterima semua pihak. Orang yang dipilih harus punya kualitas hebat dalam berorganisasi. Pengurus yang dipilih harus berakhlak baik dan tak punya cacat. Dia harus setia pada misi, melestarikan pencak silat sesuai dengan tujuan awal IPSI berdiri. Tugas Prabowo tidak enteng. Sebagai bekas perwira tinggi, leadership-nya benar-benar diuji. Tak hanya mempersatukan dan melestarikan pencak silat di Indonesia, tetapi juga mempertahankan nama baik silat Indonesia di dunia internasional. Indonesia sudah dianggap sebagai kiblat pencak silat bagi dunia internasional. Ujian pertama harus dilewati dalam SEA Games 2007 di Thailand dan Asian Indoor Games di Hanoi, yang akan digelar Desember nanti. Dari situ akan kelihatan hasil kerja pengurus baru IPSI. Kalau saya melihat kembali kepengurusan 2003-2007, sebenarnya semua berjalan baik. Bahkan Prabowo dan Rachmat Gobel adalah dwitunggal. Tapi, mengapa sebulan menjelang munas semua jadi berantakan? Siklus kompetisi di era kepengurusan yang lalu juga sangat bagus. Banyak kompetisi yang diputar di dalam negeri. Kalau lantas bicara prestasi internasional yang dianggap menurun, itu tidak sepenuhnya menjadi kesalahan PB IPSI. Bagaimana pengurus daerah dan perguruan bekerja? Apakah sudah baik? Kalau baik, mengapa banyak atlet yang masuk pelatnas dengan kondisi fisik yang di bawah standar? Dalam masalah pembinaan, PB IPSI berperan memberi unsur penajaman. Namun, jangan juga lupakan tugas untuk terus memantau perkembangan di daerah. Tugas Prabowo nantinya adalah mengoreksi fungsi-fungsi kepengurusan yang tidak berjalan baik dalam kepengurusan yang lalu. Sekali lagi saya berharap Prabowo mampu memilih orang yang tepat untuk membantu tugas-tugasnya sebagai Ketua Umum PB IPSI. Sumber : Bola News http://www.bolanews.com

Tidak ada komentar: