Rabu, 14 November 2007

ADA APA DENGAN "PENCAK SILAT" ?

Ada Apa Dengan Pencak Silat?
Post By indosilat
Thursday, September 14, 2006 17:37:40
Clicks: 1000



Mungkin ini adalah kata yang tepat untuk olah raga beladiri tradisional negeri ini. Ada rasa asing bagi anak negeri terhadap seni beladiri sendiri. Ketika tiap olah raga bela diri mulai merambah sendi kehidupan generasi muda anak negeri, ada yang terbalik dengan keadaan Pencak Silat. Silat, silek, pencak silat, penca, menca, mamenca, atau apapun istilah lainnya kini malah mulai tertidur. Ada ironi yang menghinggapi hati negeri ini. Ketika negeri jiran kini amat bangga dengan budayanya, kini kita malah dihinggapi rasa rendah diri terhadap karya budaya sendiri, andaikan dulu kita adalah bangsa yang rendah hati kini kita adalah bangsa yang rendah diri. Keunikan dan dan kekhasan Pencak Silat kini tergeser oleh imej (image) yang terlanjur tertempel pada diri Pencak Silat itu sendiri. Bahwa Pencak Silat adalah olah raga bela diri dari kampung. Banyak usaha yang telah dilakukan anak negeri ini memperkenalkan Pencak Silat kepada dunia dan seperti yang kita ketahui kini olah raga bela diri ini telah banyak digemari dan dipelajari lebih dari 20 negara yang tergabung dalam PERSILAT. Sayangnya pesatnya perkembangan Pencak Silat di negeri lain tidak dapat diimbangi dengan kemajuan di negeri asalnya. Sungguh suatu yang menyakitkan bila kita teliti bahwa imej (image) yang terlanjur tertanam bahwa Pencak Silat adalah bela diri asal kampung kini malah terseret menjadi kampungan karena ketidakmampuan kita dalam manajemen dan organisasi. Kini satu persatu perguruan Pencak Silat, baik yang berorientasi olah raga, seni, maupun bela diri mulai berguguran, satu persatu mulai kehilangan murid maupun peminat. Jika ada hal unik yang dapat Pencak Silat tawarkan, seharusnya tiap orang akan tahu apa yang “dijual” Pencak Silat. Ketidaktahuan Guru, Pelatih, instruktur beladiri ini dalam “mengemas” dan “menjual” Pencak Silatlah yang akhirnya membuatnya menjadi anak tiri di rumah sendiri. Bagaimana mungkin kita akan “membeli” sesuatu jika apa yang kita lihat dan kita dengar tidak membuat kita tertarik. Gegap gempita dan riuh rendahnya suasana gelanggang sepuluh-lima belas tahun lalu dalam tiap kejuaraan kini mulai sepi, terasalah bagi para pesilat yang berumur bahwa kini suasana seperti dulu tak dapat mereka nikmati. Tinggal kenangan manis yang tersisa. Kesedihan yang tertanam pada hati tiap pesilat, pendekar maupun guru, tak akan mampu terbayar oleh apapun. Hasil yang ada tak sebanding dengan pengorbanan yang mereka lakukan. Kita yang memiliki Padepokan Pencak Silat terbesar didunia, malah menjadi asing apabila masuk kedalamnya. Sepinya kegiatan Pencak Silat ditiap hari dalam padepokan yang notabenenya rumah sendiri bagi pesilat, membuat bingung kita. Padepokan yang terlihat bagaikan sosok gedung gagah yang tak ramah. Masih sejumput tanya yang tersisa kini, adakah kita akan membiarkan sang “Harimau” (Pencak Silat) tertidur? Harimau tetaplah harimau walau tertidur, tapi harimau terjaga lebih ditakuti daripada yang tertidur. Apakah kita akan biarkan Pencak Silat menjadi kampungan sementara diantara kita mampu membantu baik dari penataan organisasi, mengemas “selling point” dan keunikan Pencak Silat hingga laku di “jual” pada anak negeri? Apakah kita akan membiarkan “rumah” kita sepi melompong, sementara kita mampu mengisinya? Jangan jadikan “rumah” kita menjadi gedung yang tak ramah. Jika yang ada dalam hati kita kita tidak, maka mulailah kita melangkah dengan keahlian masing-masing untuk kembali “membangunkan” Pencak Silat. Adalah bukan hal yang mustahil Pencak Silat akan menjadi jati diri bangsa selain sebagai aspek olah raga, bela diri, budaya dan religi. ada istilah tiap hutan ade harimaunye, tiap tempat ade jagonye…..nah kalau tiap negara ada beladirinya…..kenapa Pencak Silat tidak jadi harimau dihutannya sendiri? salam takzim buat semua… By Iwan Setiawan Anggota Milis Silatbogorwww.silatindonesia.com
Aliran Kari Cikaret - Ilmu Pukulan yang Mematikan
Post By core01
Sunday, August 12, 2007 19:42:46
Clicks: 1281



Kari Cikaret tidak mengenal praktek latihan dengan memukul benda-benda keras. Oleh : AMAL IHSAN Plak! Sebuah tamparan ke arah pipi kiri terdengar begitu nyaring. Dari suaranya, bisa dipastikan tamparan itu sangat keras dan menyakitkan. Tak mengherankan jika yang terkena tamparan itu langsung lari terbirit-birit menghindar. Beberapa orang yang menyaksikan adegan tersebut langsung tertawa. Kalian sih bisa tertawa, saya sudah kenyang kena pukulannya. Menyentuhnya saja sudah merinding, kata Mamai sembari bergidik. Mamai adalah salah satu murid aliran pencak silat Kari Cikaret. Yang menampar dia adalah sang guru, Dudun Abdullah. Wajar apabila yang berlatih bergidik. Sebab, siapa pun yang melihat peragaan jurus pukulan yang sangat cepat dan keras itu pasti akan merasa ngeri bercampur kagum. Wak Dudun--sang guru biasa disapa--adalah putra Aa Toha (wafat pada 1972), yang menjadi perintis aliran ini. Nama Kari diambil dari nama Bang Kari, guru silat asal Kampung Benteng, Tangerang, yang menjadi sumber ilmu. Sedangkan Cikaret adalah nama daerah di Cianjur, tempat Aa Toha bermukim. Tidak banyak yang diketahui soal Bang Kari kecuali bahwa ia adalah salah seorang guru dari Rd. H Ibrahim, pendiri Cikalong. Menurut Rd. Memet, salah seorang sesepuh Maenpo Cianjur, Ibrahim semula berguru kepada Bang Madi, asal Kampung Tengah, Tanah Abang, Batavia. Suatu ketika Bang Madi memintanya berguru ke Bang Kari di Tangerang untuk menambah pengalaman. Bang Kari sendiri terkenal sebagai tokoh pencak silat yang menguasai permainan pukulan (peupeuhan). Sesampainya di sana, Ibrahim mengungkapkan niatnya untuk belajar silat. Semula Bang Kari tidak langsung menyetujuinya. Tapi, setelah dijelaskan oleh Ibrahim bahwa ia datang atas petunjuk Bang Madi, Bang Kari lalu paham bahwa secara halus Bang Madi meminta ia mencoba muridnya dan lantas mengajarkan ilmunya. Ibrahim disuruh memasang kuda-kuda dan Bang Kari lantas menyerangnya bertubi-tubi. Ibrahim mampu menghindari semua serangan Bang Kari. Tapi, sebaliknya, Ibrahim pun tidak bisa menjatuhkan Bang Kari. Dia hanya mampu berputar-putar menghindar tanpa mampu menyerang Bang Kari. Ketika Bang Kari hendak menyerang dengan menginjak kaki Ibrahim, serangan tersebut bisa dihindari sehingga papan lantai rumah Bang Kari patah terkena injakan keras tersebut. Bang Kari pun akhirnya berhenti menyerang seraya berkata, Sudah cukup Raden belajar silat karena tidak ada lagi yang bisa mengalahkan Raden. Tapi Ibrahim terus memohon agar ia diterima sebagai murid. Hati Bang Kari pun akhirnya luluh dan bersedia menurunkan ilmunya, Dari Rd. H Ibrahim dan murid-muridnya itulah, yang juga belajar aliran Sabandar dari Muhammad Kosim, ilmu pukulan Bang Kari ini diwariskan sampai ke Aa Toha. Karakteristik aliran ini mengandalkan serangan tangan, baik lewat pukulan kepalan, telapak, punggung tangan, siku, maupun bagian lain dari tangan. Uniknya, bentuk kepalan dalam Kari Cikaret juga khas, yaitu dengan menonjolkan buku jari telunjuk. Kalau ini mengenai bagian tubuh yang rawan, seperti jakun atau leher, bisa mematikan, kata Wak Dudun. Selain itu, serangan dilakukan secara cepat dan bertubi-tubi. Tidak seperti aliran bela diri keras lainnya, Kari Cikaret tidak mengenal praktek latihan dengan memukul benda-benda keras. Memukul benda itu mudah, tapi yang sulit adalah memukul orang karena manusia tentu tidak akan diam kalau dipukul, katanya. Perbedaan lainnya, karena dipengaruhi aliran Cikalong dan Sabandar, Kari Cikaret juga mengenal latihan sparring dengan menempel tangan lawan untuk melatih rasa atau kemampuan mendeteksi serangan lawan. Perbedaannya, dalam latihan sparring itu, reaksi serangannya adalah dengan pukulan keras ke leher, tendangan ke arah kemaluan, cakaran ke bagian muka, dan patahan ke jemari lawan. Karena teknik silat ini yang mematikan, salah seorang murid Wak Dudun pernah membunuh seseorang dalam perkelahian. Karena dia berkelahi untuk membela diri, dia hanya dipenjara selama 2 tahun, katanya. Wajar jika Mamai lari terbirit-birit meski hanya memperagakan salah satu jurus bersama sang guru. Sebab, Maenpo Kari Cikaret memang benar-benar mematikan. www.silatindonesia.com

DWI TUNGGAL : PECAH !

Bagaimana IPSI Pasca Dwitunggal Terpecah?
Post By core01
Wednesday, August 29, 2007 03:20:57
Clicks: 1207



Musyawarah Nasional Ikatan Pencak Silat Indonesia (Munas IPSI) XII, yang memilih kembali Prabowo Subianto, sudah berakhir Jumat (24/8). Munas kali berlangsung seru sebab dwitunggal Prabowo-Rachmat Gobel, yang kompak empat tahun lalu, terpecah menjadi dua kubu sebelum munas dimulai. Bagaimana kelanjutan masa depan IPSI? Berikut pandangan Prabowo Subianto, Ketua Umum IPSI terpilih, dan Eddie M. Nalapraya, tokoh senior pencak silat Indonesia, kepada Donny Winardi. Prabowo Subianto ............................................... Sebagai ketua umum terpilih PB IPSI periode 2007-2011, saya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada saya. Terima kasih untuk panitia munas yang telah bekerja keras sehingga acara ini dapat berlangsung dengan baik. Juga untuk seluruh peserta, terutama dari daerah-daerah yang jauh, yang telah bekerja keras menghasilkan keputusan-keputusan penting buat PB IPSI empat tahun yang akan datang. Saya tidak ingin berpidato panjang lebar karena semua pasti sangat lelah setelah mengikuti munas selama empat hari. Intinya, marilah kita mengambil pelajaran dari semua yang telah terjadi dalam munas sebagai bahan untuk kita. Saya diberi waktu sebulan untuk menyusun kepengurusan. Untuk itu, saya akan secara intensif meminta dukungan dari seluruh peserta munas. Seperti yang sudah saya katakan, kondisi pencak silat kita membutuhkan crash program. Langkah-langkah cepat karena kita sedang menghadapi acara-acara besar yang strategis dalam beberapa bulan yang akan datang. Karena itu, dalam waktu yang sangat singkat saya akan mengundang para peserta munas untuk datang kembali. Kita akan bersama-sama menyusun pelatnas, yang akan dibentuk kembali. Tim pelatnas yang saat ini ada di Kalimantan sudah saya panggil kembali ke Jakarta. Dalam hari-hari ini kita akan susun kembali. Saya akan meminta bantuan perwira-perwira yang sudah dijanjikan oleh Bapak KASAD. Segera kita bentuk pelatnas yang baru supaya tidak kehilangan banyak waktu. Jadi, dalam sebulan ini akan saya ambil langkah-langkah yang cepat. Ambil yang Baik Saya ingin kita merenungkan kembali semua yang terjadi selama munas. Kita ambil yang baik dan yang kurang berkenan kita saling maafkan. Kalau ada kata-kata yang panas, itu biasa. Ibarat pantun 'kalau ada paku yang patah jangan disimpan di dalam peti, kalau ada kata-kata yang salah jangan disimpan di dalam hati'. Di sini bingung, di sana bingung, tapi hati harus tetap bersih. Sekali lagi saya ingatkan, kita ambil yang baik dan tinggalkan yang kurang baik. Kita harus ingat pada filosofi-filosofi kita, kembali pada jatidiri budaya bangsa Indonesia. Pencak silat menjadi benteng budaya bangsa Indonesia, kearifan nenek moyang kita, dari seluruh penjuru Tanah Air. Semua suku, semua daerah, seluruh bangsa Indonesia, memiliki kearifan. Kita ambil kearifan dari semua daerah. Kalau ada saudara-saudara kita yang mungkin salah paham, kita akan berusaha merangkul dan mengajak. Kita harus selalu berusaha mencari kesejukan, mencari persaudaraan. Kalau ada perbedaan di antara pendekar, itu biasa. Yang penting adalah mari selalu bersaudara. Tidak ada kesalahan yang tidak bisa diperbaiki. Itulah dasar saya untuk memimpin IPSI. Saya terima tugas ini dengan berat. Semata-mata ini adalah penugasan. Saya berharap seluruh unsur akan bahu-membahu membantu agar kehormatan bangsa yang dipertaruhkan di hadapan banyak orang dapat dipertahankan. Pencak silat harus menjadi benteng Merah Putih yang kokoh. Menjadi perekat bangsa Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Pencak silat harus dapat mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kalau dahulu IPSI lahir di tengah perang kemerdekaan, sekarang pun tidak boleh kalah dalam semangat mempertahankan NKRI sampai titik darah penghabisan! Eddie M. Nalapraya ............................................... Saya ikut mengucapkan selamat atas terpilihnya Prabowo sebagai Ketua Umum PB IPSI 2007-2011. Saya sebenarnya tidak mengikuti langsung Munas PB IPSI yang baru berlangsung karena sakit. Saya hanya mengikuti berita dari media dan informasi dari kawan-kawan. Dari berita-berita yang ada dan informasi itu, sepertinya memang ada gejala perpecahan. Saya tak ingin mempersoalkan friksi yang ada di tubuh PB IPSI. Yang jelas kini Prabowo adalah ketua umum. Kalaupun ada masalah seharusnya dapat dibicarakan secara jujur dan terbuka. Saya ingatkan pengurus yang baru nanti harus merefleksi kembali ke tujuan pendirian IPSI tahun 1948. Pengurus yang baru seharusnya menghormati para pendiri IPSI. Organisasi ini didirikan untuk mempersatukan seluruh perguruan silat yang ada di Tanah Air, bukan malah memecah belah. Seharusnya Prabowo mengajak seluruh unsur untuk duduk bersama kembali dan berbicara dengan hati lapang untuk kebaikan pencak silat di masa datang. Kunci sukses kepengurusan Prabowo adalah kemampuan dia memilih pembantu-pembantu yang bakal bertugas menjalankan seluruh program IPSI. Orang-orang yang duduk dalam kepengurusan harus dapat diterima semua pihak. Orang yang dipilih harus punya kualitas hebat dalam berorganisasi. Pengurus yang dipilih harus berakhlak baik dan tak punya cacat. Dia harus setia pada misi, melestarikan pencak silat sesuai dengan tujuan awal IPSI berdiri. Tugas Prabowo tidak enteng. Sebagai bekas perwira tinggi, leadership-nya benar-benar diuji. Tak hanya mempersatukan dan melestarikan pencak silat di Indonesia, tetapi juga mempertahankan nama baik silat Indonesia di dunia internasional. Indonesia sudah dianggap sebagai kiblat pencak silat bagi dunia internasional. Ujian pertama harus dilewati dalam SEA Games 2007 di Thailand dan Asian Indoor Games di Hanoi, yang akan digelar Desember nanti. Dari situ akan kelihatan hasil kerja pengurus baru IPSI. Kalau saya melihat kembali kepengurusan 2003-2007, sebenarnya semua berjalan baik. Bahkan Prabowo dan Rachmat Gobel adalah dwitunggal. Tapi, mengapa sebulan menjelang munas semua jadi berantakan? Siklus kompetisi di era kepengurusan yang lalu juga sangat bagus. Banyak kompetisi yang diputar di dalam negeri. Kalau lantas bicara prestasi internasional yang dianggap menurun, itu tidak sepenuhnya menjadi kesalahan PB IPSI. Bagaimana pengurus daerah dan perguruan bekerja? Apakah sudah baik? Kalau baik, mengapa banyak atlet yang masuk pelatnas dengan kondisi fisik yang di bawah standar? Dalam masalah pembinaan, PB IPSI berperan memberi unsur penajaman. Namun, jangan juga lupakan tugas untuk terus memantau perkembangan di daerah. Tugas Prabowo nantinya adalah mengoreksi fungsi-fungsi kepengurusan yang tidak berjalan baik dalam kepengurusan yang lalu. Sekali lagi saya berharap Prabowo mampu memilih orang yang tepat untuk membantu tugas-tugasnya sebagai Ketua Umum PB IPSI. Sumber : Bola News http://www.bolanews.com

SILAT INDONESIA

10 Perguruan Historis Indonesia

No
Perguruan
Pengurus
Alamat
Telepon
Facsimile
1
Tapak Suci
HM. Muchlas Abror (Ketua)M. Rustam Djundap (Sekretaris)
Jl. K.H.A. Dahlan No. 103
(0274) 38182687888
(0274)373717
2
Phasadja Mataram
Drs. H.Tri Kaloka (Ketua)
Bausasran DN III/596, Yogyakarta 55211
(0274) 516 604

3
Per.p.i Harimurti
Sukowinadi (Ketua)Icok Darmoko (Ketua Harian)Karyanto (Sekretaris)
Jalan Semangu 31-B, Gedong Kuning, Yogyakarta 55171
(0274) 376833
(0274) 513092
4
Persaudaraan Setia Hati Terate
Tarmadji Boedirharsono (Ketua)R. Moerdjoko (Sekretaris)
Jl. MT. Haryono No 80Madiun
(351)51180(R)51548(K)
(351)52564
5
Perisai Diri
Nanang Sumindarto (Ketua)
Jl. Prapen Indah J/16RungkutSurabaya 60299
(031)8415764(K)835131(K)815764(K)
(031)831564
6
Perisai Putih
Drs. H. Abd. Hamid Mahmud, PhD. (Ketua)
Yayuk Sugeng (Sekum)
Jl. Asam Sulfat No 5Komplek Petro Kimia GresikJawa Timur
(031)39738385673836
HP:0816524788
(031)5673836
7
Persaudaraan Setia Hati
H.Harsoyo (Ketua)Gambiro (Ketua Harian)
Jl. Damai I/13, Cipete Utara,Jakarta Selatan
(021)7807583(R)7256415(R)

8
KPS Nusantara
H.Wawan Setiawan (Ketua Presidium)
Hadimulyo, BSc. (Pelatih Utama)
Jl. Teratai Putih I No. 171, Malaka Sari, Duren Sawit, Jakarta Timur
(021)8630063(HP)08129901883
(HP)08161816770
(021)86602395
9
Putra Betawi
Willem Aer (Ketua)
Jl. Cilosari No 29CikiniJakarta Pusat
(021)330902

10
PPSI
Otong Sunanthio (Ketua)
Jl. Kayumanis VII No 25RT.004/06Kel. KayumanisJakarta Timur
(021)8583213

PRASETYA PESILAT

Prasetya Pesilat


Kami Pesilat Indonesia adalah warga negara yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur
Kami Pesilat Indonesia adalah warga negara yang membela dan mengamalkan Pancasila dan UUD 1945
Kami Pesilat Indonesia adalah pejuang yang cinta bangsa dan tanah air Indonesia
Kami Pesilat Indonesia adalah pejuang yang menjunjung tinggi persaudaraan
Kami Pesilat Indonesia adalah pejuang yang senantiasa mengejar kemajuan dan kepribadian Indonesia
Kami Pesilat Indonesia adalah kesatria yang senantiasa menegakkan kebenaran, kejujuran dan keadilan
Kami Pesilat Indonesia adalah kesatria yang tahan uji dalam menghadapi cobaan dan godaan

IPSI

SUSUNAN PERSONALIA PENGURUS BESAR
IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA (PB. IPSI)
MASA BAKTI 2003 - 2007

Dewan Pembina :Eddie M. Nalapraya
Rosano Barack

Ketua Umum :Letjen TNI (Purn) H. Prabowo Subianto



Ketua :H. Oyong Karmayuda, SH


Drs. H. Gumbira Suganda


DR. Ir. Muhammad Taufik


Rachmat Gobel (merangkap Ketua Harian)

Sekretaris Umum :Erizal Chaniago
Sekretaris :H. Mansyur Soleh
Sekretaris :Fahmi Wardi



Bendahara Umum :Aulia Bonanza, SE
Bendahara :Harjono Siswanto, SE
Bendahara :Ir. Hadi Arti Siswoyo



Departemen Pembinaan Organisasi & Hubungan Luar Negeri
Ketua :Muslimin Mawi, SE
Anggota :HM. Bambang Rus Effendi
Iskandar A.
Ir. Andi Raviadi

Departemen Pembinaan Prestasi
Ketua :Tafsil Rimzal
Anggota :Edi Atmanto, SE
Ir. Taslim Azis


Wawan Setiawan

Departemen Pembinaan Seni Budaya
Ketua :Drs. H. Hisbullah Rachman
Anggota :Wahdat MY.
Sipit Tri Susilo
Yayuk Sugeng

Departemen Litbang


Ketua
:
Icu Zulkafil, MM
Anggota
:
Drs. Hariadi Mawardi


Ahmad Bunawar


Nur Ali, M.Pd.

Departemen Pembinaan Kerohanian
Ketua
:
H. Haidy Sugianto
Anggota
:
Aminuddin



Departemen Promosi & Pemasaran
Ketua
:
Rainier H. Daulay
Anggota
:
Joko Laksono


Rachmat Sofyan


Shinta Sari

Departemen Pembinaan, Pembibitan & Pemassalan
Ketua
:
Puji Handoko
Anggota
:
Limonu Katili


Ir. Deswan


Dede Iman Nugraha

Lembaga Pelatih


Ketua
:
Drs. Maryatno
Anggota
:
Drs. Johansyah Lubis


Asep Gunawan

Lembaga Wasit


Ketua
:
Erizal Chaniago
Anggota
:
H.A. Fanan Hasanudin


Katmujiono

Dewan Pertimbangan


Ketua
:
Mayjen TNI (Purn) Muchdi P.R
Anggota
:
H. Abdul Hamid


Rustadi Effendi


H. Tubagus Chasan Sohib


H. Harsoyo


H. Tarmadji, SE


H. Muchlas Abror


H. Deddy Suryadi, SE


H. Herwan Achmad


Ir. Nanang Soemindarto


Mas Pung


Enny Rukmini Sekarningrat

Majelis Pakar


Ketua
:
Arnowo Adji
Anggota
:
Drs. Edward Lebe


Hadimulyo


H. Zakaria


H.M. Shidieq, SP.Pka.


Poerwono


Djunaidi Asaad


H. Mulyono


H. Sakti Tamat


H. Suharbillah


Ir. Eddi Surohadi

Komisi Disiplin


Ketua
:
H. Andi Mappaganty
Anggota
:
Deni Trisyanto


I Gede Made Parasu


Imam Iskandar


Muriman


Rimawan


Trikaloka


M. Shadiq


Williem Aer


H. Haliadi Ika, MM.


Dr. Syarif Alwi

SMI BALI II

Sutriawati dan Wulandari akan Temui Prabowo
Denpasar (Bali Post) -Dua pesilat putri Komda Perguruan Pencak Silat (PPS) Satria Muda Indonesia (SMI) Bali, Ni Nyoman Sutriawati dan Kadek Wulandari, dijadwalkan bergabung ke pelantas di Jakarta pada Senin (1/11) ini. Namun, sebelum menghuni padepokan silat di Taman Mini Indonesia Indah itu, duet pesilat peraih emas PON XVI/2004 nomor ganda putri ini, terlebih dulu menemui pendiri sekaligus pembina utama SMI, Prabowo Soebianto.
Keberangkatan kedua pesilat bakal didampingi Ketua Harian Komda SMI Bali Nengah Sukama, S.Pd. Menurut Sukama, pihaknya sangat berkepentingan menemui Probowo yang kini menjabat Ketua PB IPSI menggantikan Eddy Nalapraya. ''Kami ingin meminta bantuan Pak Prabowo agar SMI Bali punya padepokan,'' jelas Sukama, Minggu (31/10) kemarin. Usai menemui Prabowo, baru kemudian Sutriawati dan Wulandari berlatih di pelatnas. Keduanya bersama sejumlah pesilat dari daerah lainnya dipersiapkan PB IPSI untuk mengikuti kejuaraan dunia yang akan digelar di Singapura pada Desember mendatang.
Wulandari mengaku harus meninggalkan bangku sekolah selama dua bulan guna memenuhi panggilan pelatnas. ''Inilah risiko sebagai atlet,'' ujar siswi SMAN 2 Denpasar ini.
Ia dan Sutriawati sama-sama menyatakan masih buta peta kekuatan lawan. ''Ini pengalaman pertama kali terjun pada kejuaraan dunia. Namun, berdasarkan informasi yang kami terima, pesilat Vietnam terkenal tangguh-tangguh,'' sebut Sutriawati didampingi Ketua Komwil SMI Kota Denpasar Ketut Resmiyasa.
SMI Bali belum begitu lama berdiri. Meski demikian, mereka kini sudah memiliki 5.000 anggota yang tersebar di seluruh Pulau Dewata. Hal itu membuat Sukama optimis tahun depan pesilatnya mampu berlaga pada Kejurda Bali. (022)
Sumber : balipost

SMI BALI

500 Pesilat SMI Ujian Kenaikan Tingkat
Denpasar (Bali Post) -Sekitar 500 pesilat Perguruan Pencak Silat Satria Muda Indonesia (PPS SMI) Padepokan Kalimutu (Denpasar), Unit Pupuan (Tabanan) dan Komwil Buleleng, menjalani ujian kenaikan tingkat di Batungsel, Pupuan, Tabanan, mulai Jumat (29/12) kemarin hingga Senin (1/1) 2007 nanti.
Peserta merupakan siswa SD, SMP, SMA, dan umum. Mereka adalah penghuni kebun agrowisata dan Puskud Bali Dwipa.
Ujian kenaikan tingkat dari pratama taruna ke madya, dari madya ke utama, dan dari utama ke satria utama.
Menurut Ketua Komda PPS SMI Bali Nengah Sukama, materi ujian pembinaan jasmani diserahkan kepada TNI-AD, sedangkan teknik bela diri ditangani duet pelatih dari pusat, yakni Darma Sudarma dan Agus Yanto.
Dijelaskannya, SMI Bali akan melebarkan sayapnya dengan membentuk Komwil Tabanan yang dipimpin Drs. Made Temaja Winaya, M.Si. Hingga kini baru ada enam komwil, yaitu Tabanan, Gianyar, Jembrana, Buleleng, Denpasar, dan Badung. ''Total anggota kami mencapai 11.000 pesilat,'' ucapnya.
Selanjutnya, akan menyusul pembentukan Komwil Bangli, Klungkung, dan Karangasem. ''Personel pengurus sudah siap,'' tuturnya. (022)
Sumber : balipost

SMI GARUT

Lomba Pasanggiri Pencak Silat
GARUT - Paguron Putera Siliwangi Cikajang ditetapkan sebagai juara pertama pasanggiri nayaga pencak silat se-Kab. Garut tahun 2006, Sabtu (24/6), oleh dewan juri PPS SMI Komwil Garut. Sedangkan juara kedua, ketiga, dan harapan secara berturut-turut adalah Paguron Putera Siliwangi Tarogong Kidul, Paguron Medal Pusaka Siliwangi Cilawu, Paguron Tapak Tunggal Pusaka Leles, dan Jembar Kencana Wanaraja. Atas keberhasilan itu, Paguron Putera Siliwangi Cikajang berhak memboyong trofi dan uang pembinaan sebesar Rp 1 juta, Putera Siliwangi Tarogong Kidul mendapat uang pembinaan Rp 750.000,00, dan Medal Pusaka Siliwangi mendapat Rp 500.000,00. Untuk juara harapan masing-masing mendapat uang pembinaan Rp 250.000,00 berikut piagam. Sedangkan 15 paguron peserta pasanggiri mendapat dana transport. Menurut Ketua Umum PPS SMI Komwil Garut H. Ali Rohman, S.H., pasanggiri nayaga pencak silat memiliki nilai tambah. ”Dalam pasangiri ini, dewan juri tidak hanya menilai ibing silat, tapi sekaligus menilai keterampilan para nayaga meniup terompet dan menabuh waditra,” katanya. (A-112)**
Sumber : Pikiran Rakyat

SMI CIMAHI

Agus Subianto Pimpin SMI Kota Cimahi
KETUA Perguruan Pencak Silat Satria Muda Indonesia Komisariat Daerah (PPS SMI Komda) Jabar, Mayjen TNI H. Asril Hamzah Tanjung, melantik Mayor Inf. Agus Subianto sebagai Ketua PPS SMI Komisariat Wilayah Kota Cimahi di Pendopo Kota Cimahi, Minggu (27/3). Acara pelantikan dihadiri Wali Kota Cimahi, Ir. H. M. Itoc Tochija, M.M.; Ketua DPRD Kota Cimahi, R. Sutardja, B.A.; Dan Pusdik Passus, Kol. Inf. Torry; tokoh masyarakat dan perwakilan beberapa perguruan. Agus Subianto akan dibantu Ketua Harian Drs. Dedeng Riswandi, Sekretaris Ir. Luki Susanto, dan Bendahara Drs. H. Enang Syari.(A-57)**
Sumber : Pikiran Rakyat

Cikalong

ALIRAN CIKALONG
RADEN HAJI IBRAHIM DAN CIKALONG
R. Idrus
Setelah menerima ilmu dari berapa orang guru, R.H. Ibrahim melakukan
perenungan selema tiga tahun dengan cara sering berkhalwat di sebuah
gua di Kampung Jelebud di pinggir sungai Cikundul Leutik, Cikalong
Kulon, Cianjur. Dari Sinilah mulai terbentuk cikal bakal aliran Cikalong.
Nama aliran Cikalong diberikan oleh para pengikutnya dengan mengambil
nama tempat tinggal R.H. Ibrahim atau tempat awal penyebaran aliran ini.
Silsilah Leluhur
RD. Haji Ibrahim
Kangjeng Dalem Rd. Wiratanudatar I
(Kanjeng Dalem Cikundul)
Kangjeng Dalem Rd. Wiratanudatar II
(Kanjeng Dalem Tarikolot)
Kangjeng Dalem Rd. Wiratanudatar III
(Kanjeng Dalem Dicondre)
Kangjeng Dalem Rd. Wiratanudatar IV
(Kanjeng Dalem Sabirudin)
Kangjeng Dalem Rd. Wiratanudatar V
(Kanjeng Dalem Muhyidin)
Kangjeng Dalem Rd. Wiratanudatar VI
(Kanjeng Dalem Dipati Enoh)
Rd. Wiranagara (Aria Cikalong)
Rd. Rajadireja (Aom Raja) Cikalong
Rd. Jayaperbata (Rd. Haji Ibrahim)
Telah disepakati oleh kalangan tokoh pencak silat bahwa pencipta dan penyebar pertama aliran pencak
silat Cikalong adalah R. Jayaperbata yang kemudian berganti nama menjadi R. Haji Ibrahim setelah beliau
berziarah ke Tanah Suci. R.H. Ibrahim adalah keturunan bangsawan Cianjur.
Sejarah terbentuknya aliran ini, menurut beberapa sumber dimulai ketika R.H. Ibrahim berguru kepada
kakak iparnya sendiri (suami Nyi Raden Hadijah, kakak R.H. Ibrahim) yaitu R. Ateng Alimuddin, seorang
saudagar kuda dari Jatinegara. Permainan pencak silat R. Ateng Alimudin sendiri adalah Cimande
Kampung Baru. Atas perunjuk R. Ateng Alimudin, R.H. Ibrahim kemudian disarankan untuk melanjutkan
pelajarannya pada Bang Ma’ruf, seorang guru pencak silat di Kampung Karet, Tanah Abang, Jakarta.
R.H. Ibrahim yang juga mempunyai usaha jual beli kuda kerap kali pulang pergi antara Cianjur dan
Jakarta. Sewaktu berada di Jakarta, dimanfaatkannya untuk belajar pencak silat dari Bang Ma’ruf. Ketika
sedang belajar di Bang Ma’ruf, secara tidak sengaja R.H. Ibrahim berkenalan dengan tetangga Ban Ma’ruf
yang bernama Bang Madi, seorang penjual kuda yang berasal dari Pagarruyung, Sumatra Barat. Setelah
berkenalan dan akhirnya bersambung tangan, akhirnya diketahui bahwa Bang Madi adalah seorang ahli
pencak silat yang sangat tangguh. Sejak saat itu, tanpa sepengetahuan Bang Ma’ruf, R.H. Ibrahim mulai
berguru kepada Bang Madi. Karena R.H. Ibrahim adalah seorang bangsawan yang cukup kaya, maka
agar lebih leluasa, Bang Madi langsung didatangkan ke Cianjur untuk mengajar di sana. Segala keperluan
hidup untuk keluarganya ditanggung oleh R.H. Ibrahim. Dari Bang Madi diperoleh ilmu permainan rasa,
yaitu sensitivitas atau kepekaan rasa yang positif sehingga pada tingkat tertentu akan mampu membaca
segala gerak lawan saat anggota badan bersentuhan dengan anggota badan lawan, serta segera
melumpukannya. Menerut beberapa tokoh, salah satu ciri atau kebiasaan dari Bang Madi adalah mahir
dalam melakukan teknik “bendung” atau menahan munculnya tenaga lawan, di samping “mendahului
tenaga dengan tenaga”. Di kalangan aliran Cikalong teknik ini disebut “puhu tanaga” atau “puhu gerak”.
Setelah dianggap mahir, atas petunjuk Bang Madi, R.H. Ibrahim disarankan untuk menemui seorang
tokoh dari Kampung Benteng, Tangerang yang bernama Bang Kari. Sebelum diterama menjadi murid,
R.H. Ibrahim sempat dicoba dahulu kemampuannya. Bang Kari pun kemudian mengetahui bahwa yang
datang kali ini adalah orang yang sangat berbakatdan mempunyai masa depan yang cemerlang di dunia
persilatan. Dari Bang Kari, R.H. Ibrahim mendapatkan (ulin peupeuhan) ilmu pukulan yang mengandalkan
kecepatan gerak dan tenaga ledak. Selain dari keempat tokoh pencak silat dia tas, R. H. Ibrahim banyak
berguru pada tokoh-tokoh lain. Ada yang mengatakan sampai tujuh belas orang guru, bahkan ada juga
yang mengatakan lebih dari empat puluh orang guru. Dari hasil berguru tersebut kemudian R.H. Ibrahim
melakukan perenungan selama tiga tahun dengan cara sering berkhalwat di sebuah gua di kampung
Jelebud, di pinggir sungai Cikundul Leutik, Cikalong Kulon, Cianjur. Dari Sinilah mulai terbentuk cikal bakal
aliran Cikalong. Nama aliran Cikalong diberikan oleh para pengikutnya dengan mengambil nama tempat
tinggal R.H. Ibrahim atau tempat mulaialiran pencak silat ini disebarkan.
Pada mulanya aliran ini melalui tahapan atau proses tertentu yang masih berubah-ubah dari waktu ke
waktu sebelum ditemukan bentuk yang baku. Di samping cara R.H. Ibrahim mengajar selalu disesuaikan
dengan keadaan badan, bakat, serta kesenangan murid. Maka tidaklah mengherankan apabila banyak
murid-murid R.H. Ibrahim yang mempunya permainan yang berbeda satu sama lain. R.H. Tamidi
misalnya, menyukai ameng peupeuhan atau permainan yang banyak mengandalkan pukulan; R. Obing
yang lebih senang menggunakan ulin rasa atau ulin tempelan yang mengandalkan kehalusan rasa; R.
Muhyidin lebih sering menggunakan usik puhu yang selalu mendahului gerak lawan. Sedangkan R. Idrus
lebih menyukai usik tungtung yang melakukan serangan balik ketika serangan lawan suda habis, dan
masih banyak lagi lainnya.Yang menarik adalah pada saat yang sama di Cianjur juga terdapat seorang
tokoh pencak silat bernama Muhammad Kosim asal Pagarruyung yang tinggal di Kampung Sabandar
Cianjur (lebih terkenal dengan panggilan Mama Sabandar). Ia mengajarkan ilmunya kepada beberapa
bangsawan Cianjur, yang juga merupakan murid R.H. Ibrahim, di antaranya adalah R.H. Enoh, sehingga
pada Perkembangan selanjutnya di Cianjur terdapat aliran Cikalong –Sabandar. R.H. Ibrahim sendiri tidak
pernah berguru kepada Mama Sabandar. Menurut beberapa sumber, mereka pernah bertemu dan
bertanding di Purwakarta dan hasilnya tidak ada yang menang dan tidak ada yang kalah, namun masingmasing
saling mengakui kehebatan lawannya.
Bagan Sebagian Tokoh Yang Berhubungan Dengan Aliran Cikalong
R. Muyidin
R.H. Ibrahim meninggal pada tahun 1906 dan dimakamkan di
pemakaman keluarga Dalem Cikundul, Cikalong, Cianjur.
Salah satu ciri aliran Sabandar adalah mahir dalam mengalirkan
tenaga, yang dalam kalangan pencak silat dikenal dengan istilah
liliwatan, coplosan atau kocoran. Perkembangan aliran Cikalong pada
awalnya tidak begitu pesat. Ini disebabkan beberapa hal. Di antaranya
R.H. Ibrahim sangat selektif dalam memilih muridnya, diduga karena
adanya kekhawatiran adanya penyalahgunaan ilmu pencak silat yang
dapat membahayakan itu. Di samping itu, sebagai seorang keturunan
bangsawan yang tidak membutuhkan tambahan biaya hidup dari
murid-muridnya, dengan sendirinya ia dapat memilih-milih muridmuridnya.
Hanya mereka yang disukainya atau yang dianggap akan
menjaga nama baik keluarganya dan aliran pencak silatnya saja dapat
menjadi muridnya. Maka dapat dipahami, jika murid-muridnya
kebanyakan berasal dari kalangan bangsawan, yaitu kelompok
masyarakat dari mana R.H. Ibrahim sendiri dilahirkan. Walaupun saat ini aliran Cikalong tidak
seeksklusif pada masa awal pertumbuhan dan perkembangannya, namun pengaruh dari kondisi
sosiologis yang menjadi penunjang di masa-masa awal itu masih membekas sampai sekarang.
Walaupun di kemudian hari diramalkan pengaruh ini akan semakin menipis, sehingga masyarakat umum
akhirnya akan menjadi pemilik aliran pencak silat ini. Beberapa penerus aliran ini adalah R.H. Enoh, R.
Brata, R. Obong Ibrahim, R. Didi, R.O. Soleh, dan lain-lain. Terdorong oleh rasa tanggung jawab serta
menghindarkan terkuburnya aliran pencak silat ini karena meninggalnya atau akan meninggalnya para
tokoh atau ahli pencak silat Cikalong yang saat ini masih hidup, juga untuk melestarikan aliran pencak
silat ini, Abdur Rauf sebagai salah seorang keturunan langsung dan pimpinan Paguron Maenpo Raden
Haji Ibrahim Djaja Perbata Cikalong, membuat suatu tulisan singkat mengenai “Sedikit Perkenalan
Dengan Kaedah-kaedah Pokok Maenpo Cikalong. Aliran pencak silat (tepatnya pecahan aliran) yang
dipengaruhi aliran Cikalong antara lain adalah aliran Cikaret dan Sanalika. Sedangkan perguruan yang
mempelajari aliran ini di antaranya adalah Paguron Pusaka Cikalong (PPC) Cianjur, Paguron Pusaka
Siliwangi, dan hamper semua perguruan pencak silat di jawa barat mendapat pengaruh aliran ini.
R. Popo Sumadipradja
Saat ini merupan tokoh perguruan silat
“Gagak Lumayung”Bandung
R. Abad Moh. Sirod yang mendapat ilmu dari R. Busrin mengembangkan metode belajar pencak silat
dengan menyusun 30 jurus dasar yang dikenal dengan istilah 27 jurus kajadian dan 3 jurus maksud.
Jurus-jurus ini diambil dari kejadian maenpo (istilah lain untuk beladiri pencak silat). Penjelesan selengkapnya
disusun dalam buku yang berjudul Tuduh Kaedah Meanpo (Petunjuk Kaidah Pencak Silat).
R. Obing yang belajar dari R.H. Ibrahim dan R. H. Enoh mengembangkan 5 jurus dasar yang
menggunakan langkah dengan arah menyerong, mempelajari cara menyimpan dan memindahkan titik
berat badan, serta menggabungkan gerak dengan teknik pernapasan. R.O. Saleh (Gan Uweh) yang
belajar dari R. Idrus dan R. Muhyidin mengembangkan 10 jurus dasar, 3 pancar, jurus 7, dan
masagikeun (kombinasi). Perguruan yang didirikannya adalah Paguron Pusaka Cikalong (PPC).
R. Ateng Karta yang berasal dari Banyuresmi, Garut belajar dari R. Utuk mengembangkan 5 jurus dasar
beserta beberapa pecahannya. Perguruan yang didirikannya adalah Perguruan Pencak Silat Sanalika.
Dari beberapa contoh di atas dapat dilihat bahwa aliran pencak silat Cikalong berkembang dari generasi
ke generasi berikutnya. Ada yang mengembangkannya di perguruan yang didirikannya dan ada pula
yang tidak malalui perguruan (Individu). (GR)
R. Abad M. Sirod (kiri)
R. abad M. Sirod yang mendapat
ilmu dari R. Busrin mengembangkan
metode belajar pencak silat dengan
menyusun 30 jurus dasar yang
dikenal dengan istilah 27 jurus
kajadian dan 3 jurus maksud. Jurusjurus
ini diambil dari kejadian dalam
maenpo (istilah lain untuk beladiri
pencak silat). Penjelasan
selengkapnya disusun dalam buku
yang berjudul “Tuduh Kaedah
Maenpo” (Petunjuk Kaidah Pencak
Silat).
R. Didi Muhtadi (Gan Didi)
R. Didi Muhtadi (Gan Didi) yang
belajar dari R. Bratadilaga (anak
R.H. Ibrahim) dan R. Obing selain
mengembangkan aspek beladiri
(maenpo), juga mengembangkan
aspek seninya di perguruan Pusaka
Siliwangi yang didirikannya pada
tahun 1930. Ia mengembangkan 13
jurus dasar dengan beberapa pola
langkah.
R.O. Saleh (Gan Uweh)
R.O Saleh ( Gan Uweh) yang belajar
dari R. Idrus dan R. Muhyidin
mengembangkan 10 jurus dasar, 3
pancer, jurus 7, dan masagikeun
(kombinasi). Perguruan yang
didirikannya adalah Paguron Pusaka
Cikalong (PPC).
Abah Aleh (1856 – 1980)
Abah Aleh yang beresal dari
Sumursari, Garut salah seorang
gurunya adalah R. Achmad (Gan
Enggah) mengembangkan 9 jurus
dasar dan 3 jurus peupeuhan. Ia
mendirikan Himpunan Pencak Silat
Panglipur pada tahun 1909.

Tenaga Dalam

Tenaga-Dalam Menjawab Tantangan Zaman Oleh GENDING RASPUZI, S.H.
TENAGA dalam sudah sering kita dengar, tetapi sampai saat ini belum ada kesepakatan mengenai definisi atau hakekat tenaga dalam itu. Ada yang mengaitkan tenaga dalam dengan hal yang bersifat spritual atau bahkan dengan mistik. Ada juga yang mengartikannya sebagai tenaga diri sendiri yang diolah untuk tujuan tertentu, misalnya untuk kanuragan atau kesehatan. Di pihak lain ada pula yang meyakininya sebagai tenaga bantuan dari Yang Mahakuasa. Dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan sementara bahwa tenaga dalam adalah sesuatu yang dapat menimbulkan kekuatan dan kemampuan luar biasa yang dilakukan oleh seorang manusia. Berjalan di atas bara api, mematahkan berlapis-lapis kikir baja, menghancurkan batu kali, kebal senjata tajam atau melempar lawan dari jauh tanpa menyentuhnya adalah sebagian contoh kemampuan yang diperoleh dengan mempelajari tenaga dalam.
Fenomena tenaga dalam banyak dijumpai di perguruan-perguruan seni beladiri seperti pencak silat, karate, wushu, dan lain-lain yang memberikan materi tenaga dalam kepada murid-murid senior yang sudah dianggap mampu menerimanya. Namun, pada perkembangan dewasa ini, banyak berdiri perguruan-perguruan tenaga dalam yang khusus mengajarkan tenaga dalam dengan berbagai jenis metode. Di samping itu, pendekatan ilmiah dan teori-teori modern mulai diperkenalkan agar tenaga dalam dapat diterima oleh berbagai lapisan masyarakat.
Bagaimana tenaga dalam itu dapat timbul, dengan cara apa tenaga dalam tersebut dapat dimiliki oleh seseorang, dan apa sesungguhnya hakekat dan tujuan mempelajari tenaga dalam, adalah hal yang menarik untuk didiskusikan. Untuk mengungkap tenaga dalam sesuai dengan proporsi sebenarnya, pada tanggal 5 Oktober 2002 di Gedung Pusat Bank NISP Bandung akan digelar acara yang terhitung langka yaitu ”Seminar, Workshop tenaga dalam, dan pernapasan. Pembicara yang akan hadir merupakan tokoh dari beberapa perguruan/aliran bela diri yang khusus mendalami ilmu tenaga dalam dan teknik olah pernapasan. Acara ini terlaksana atas kerja sama Duel Martial Arts Enterprise dengan Harian Umum Pikiran Rakyat.
Yang menarik, para peserta akan disuguhi peragaan jurus yang dilanjutkan dengan pelatihan bagi para peserta oleh guru dan praktisi dari perguruan dan aliran tersebut.
Di Indonesia banyak sekali perguruan dan aliran seni bela diri yang melatihkan tenaga dalam secara khusus. Namun, dalam seminar dan workshop kali ini baru bisa ditampilkan lima orang pembicara yang mewakili aliran atau perguruannya, antara lain Tatang Budi Suryana yang akan membahas tentang Taichi, Drs. H. Maryanto dari Lembaga Seni Pernapasan Satria Nusantara, Poerwoto Hadipoernomo atau lebih dikenal dengan panggilan Mas Pung dari Perguruan Pencak Silat Betako Merpati Putih, Drs. H. Indra Abidin dari Perguruan Pencak Silat Nampon, dan Kadar Munandar yang mewakili Maenpo aliran Sabandar dari Cianjur.
Hal yang menarik dari kelima perguruan tersebut, masing-masing dapat membangkitkan tenaga dalam dengan cara mengolah teknik pernapasan, tetapi karena cara pengolahannnya berbeda-beda sesuai dengan karakter dari keilmuannya masing-masing, maka hasil yang diperolehnya pun menjadi tidak sama. Berikut ini gambaran singkat mengenai profil perguruan dan aliran tersebut.
Lembaga Seni Pernafasan Satria Nusantara, merupakan lembaga yang mengembangkan pelatihan olah raga seni pernapasan untuk tujuan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dalam hal ini meliputi aspek mengupayakan kesembuhan dari derita penyakit, maupun meningkatkan stamina dan kebugaran tubuh yang lebih baik. Satria Nusantara didirikan di Yogyakarta pada tanggal 31 Agustus 1985. Untuk lebih memantapkan amal usahanya, pada 11 Agustus 1986 dibentuk Yayasan Satria Nusantara yang kemudian disahkan menjadi Lembaga Seni Pernapasan Satria Nusantara pada 17 Juli 1993.
Selaku pendiri, Guru Besar, dan Pembina, Drs. H. Maryanto sangat serius dalam mengembangkan LSP Satria Nusantara. Berbagai inovasi maupun penyempurnaan kurikulum pelatihan telah banyak dilakukan, sehingga dampak manfaat dari latihan semakin dapat dirasakan oleh anggota. LSP-SN mempunyai ciri : aman, murah, meriah, dan massal.
Untuk realisasi penelitian secara medis, mulai 1 Januari 1991 Satria Nusantara bekerja sama dengan Depkes melalui P4K Surabaya mendirikan Laboratorium P4TD (Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Penghusadaan Tenaga Dalam) di Surabaya.
Setelah selesai 12 hari latihan tahap pertama (pradasar), sudah dapat dirasakan perkembangan kesehatan tubuhnya lebih baik, bahkan beberapa penyakit dapat hilang atau berkurang dalam waktu bersamaan. Hal ini mungkin terjadi karena pelatihan yang memadukan gerak, nafas, dan konsentrasi dapat menormalkan kembali organ-organ dalam tubuh yang mengalami gangguan.
Pelatihan Satria Nusantara dapat meningkatkan antibodi sehingga dapat menyembuhkan dan menangkal berbagai penyakit. Penyakit yang efektif dapat disembuhkan adalah penyakit disfungsional tubuh, yaitu penyakit pada organ tubuh yang tidak berfungsi sebagaimana mestinya, seperti penyakit jantung, liver, ginjal, diabetes, kanker, migrain, tekanan darah, stroke, wasir, dan sebagainya. Juga efektif untuk jenis penyakit psikomatis, seperti maag, sariawan, asma, alergi, stress, sulit tidur, tidak nafsu makan, sembelit, dan sebagainya. Lebih dari itu anggota yang telah memiliki kemampuan peka terhadap getaran, akan mampu membantu orang lain sebagai penghusada atau juru sembuh.
Taichi Chuan, secara harfiah biasanya diterjemahkan sebagai sumber utama seni beladiri. Istilah ‘Sumber Utama’ menunjuk pada konsep Cina mengenai asal dari universal, yaitu prinsip Yin dan Yang. Dalam kenyataannya, simbol umum dari Yin Yang sering disebut sebagai diagram Taichi.
Menurut legenda yang berkembang di masyarakat Cina, pendiri Taichi adalah Chang San-Feng yang diperkirakan hidup antara tahun 1297 sampai 1368. Banyak yang percaya bahwa Chang adalah seorang biarawan Shaolin yang memutuskan untuk meninggalkan kehidupan keagamaannya dan kemudian menjadi seorang Taois. Di Gunung Wudang, dia meninggalkan gaya perkelahian keras yang dipelajari sebelumnya dan kemudian merumuskan gaya beladiri baru berdasarkan kelembutan dan kelenturan.
Chang mengembangkan seni beladiri yang mempergunakan kelembutan dan kekuatan internal untuk mengatasi kekuatan yang kasar. Ia menuliskan kata-kata sebagai berikut: ‘Dalam setiap gerakan, setiap bagian tubuh harus ringan aktif (mudah bergerak) dan terangkai satu sama lainnya. Postur tidak boleh terputus, gerakan harus dilepaskan melalui kaki, diarahkan oleh pinggang dan diekspresikan oleh jari-jari. Gerakan-gerakan yang substansial dan yang tidak substansial harus dibedakan dengan jelas’.
Selanjutnya, Taichi berkembang menjadi berbagai macam aliran (style), antara lain Chen, Yang, Sun dan Wu. Dewasa ini Taichi sudah diterima di berbagai negara di dunia dan menjadi salah satu kategori yang dipertandingkan di dalam kejuaraan Wushu.
Selain sebagai seni bela diri yang andal, Taichi memiliki manfaat lain yaitu membentuk badan yang sehat dan bugar. Apabila melakukan latihan Taichi disertai dengan teknik pernapasan dan sistematika yang benar, dan didampingi oleh pelatih yang ahli, maka seseorang bisa merasakan lebih bersemangat atau segar setelah berlatih dan tidak merasa lelah.
Daya konsentrasi akan menjadi lebih baik, demikian juga dengan daya ingat dan daya tangkap akan menjadi lebih cepat. Daya rasa tubuh bisa cepat merasakan mana yang cocok dan mana yang kurang cocok untuk kita. Tubuh kita akan mempunyai daya tahan dari segala rangsangan, baik dari luar maupun dari dalam. Daya pengendalian akan lebih baik terutama dalam mengendalikan emosi.
Sesuai dengan amanat kedua orang tuanya agar menyebarkan ilmu warisan keluarga kepada masyarakat, PPS Betako Merpati Putih didirikan oleh Poerwoto Hadi Poernomo dan Budi Santoso Hadi Poernomo (alm) pada tahun 1963 di Yogyakarta.
Tahun 1973, Merpati Putih diundang oleh AKABRI Udara untuk mengadakan penelitian mengenai segi-segi yang menyangkut metode latihan. Penelitian ini ditangani oleh tenaga-tenaga ahli dari Fakultas Kedokteran UGM, antara lain Prof. Dr. Achmad Muhammad. Hasilnya menggembirakan, dan mendorong pengembangan wawasan yang lebih luas bagi Merpati Putih.
Kerja sama untuk penelitian datang dari berbagai pihak seperti kerja sama perguruan dengan Kobangdiklat/Pusjasmil TNI AD di Cimahi tahun 1984, kerja sama dengan rumah sakit Pertamina di Jakarta tahun 1984, bekerja sama dengan YON II 203/Arya Kemuning tahun 1985, bekerja sama dengan UPT Lab Uji Konstruksi BPPT Serpong Tangerang tahun 1986. Di samping mengembangkan aspek beladiri dan olah raga, perguruan ini juga mencoba menyentuh aspek sosial, yakni melalui Yayasan Merpati Putih Abadi yang membuat dan melaksanakan program pembinaan bagi tuna netra sejak tahun 1989.
Merpati Putih merupakan perguruan yang mempelajari metode getaran dalam sebuah latihan yang alami. Dengan mempelajari getaran, seorang praktisi Merpati Putih akan dapat meraih tenaga getar yang kuat. Dengan memiliki kemampuan ini, ia mampu mendeteksi objek-objek yang tersembunyi dan dapat membaca situasi berdasarkan pada energi yang ada di sekitarnya.
Melalui latihan getaran orang tuna netra pun akan mampu membedakan dan mengidentifikasi bentuk, warna, tekstur, arah, kecepatan, volume, dan komposisi berbagai objek. Kini terdapat kurang lebih 3000 orang tunanetra di Indonesia yang telah berlatih Ilmu Getaran Merpati Putih dan mereka dapat hidup mandiri.
Baru-baru ini Singapura telah mengirim beberapa orang tuna netra ke Jakarta untuk mendalami Ilmu Getaran Merpati Putih. Ilmu ini dapat digunakan sebagai orientasi dan mobilitas bagi siapa saja yang kehilangan daya lihat karena kecelakaan atau disebabkan oleh penyakit seperti Glukoma, Retinitis Pigmentosa dan lain-lain.
Seorang anggota Merpati Putih yang terlatih dalam ilmu getaran dapat melakukan pedeteksian radiasi nuklir. Hal ini telah dikaji lebih dalam di BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional) dan hasilnya sangat memuaskan.
Ilmu pengobatan Merpati Putih juga mampu mengobati pasien yang mengalami ketergantungan narkoba, bahkan pasien yang telah diobati akan menjadi alergi terhadap narkoba. Jumlah pasien yang telah sembuh saat ini ada 20 orang. Proyek ini telah berlangsung di Semarang dan didukung oleh Pemda Jateng dan sudah masuk dalam APBD tahun 2001.
Nampon atau lebih dikenal dengan nama panggilan Uwa Nampon sudah dikenal sejak jaman sebelum kemerdekaan, terutama di kalangan tokoh-tokoh persilatan di Jawa Barat. Nampon lahir di Ciamis Jawa Barat tahun 1888, pernah bekerja di Jawatan Kereta Api (PJKA) kemudian pindah ke daerah Padalarang.
Menurut riwayat, Nampon pernah berguru pencak silat kepada R.H. Ibrahim, pendiri pencak silat aliran Cikalong Cianjur. Selain itu, ia juga mempelajari bermacam-macam aliran pencak silat, termasuk ilmu tenaga dalam yang pada waktu itu dikenal dengan istilah penca gebreg. Ilmu yang diperolehnya itu oleh Nampon kemudian digabungkan menjadi jurus-jurus baru yang kini dikenal dengan nama Jurus Nampon. Di PPS Nampon, tenaga dalam yang telah digabungkan dengan Jurus Sabandar, Kari, Madi disebut Jurus Halus, sedangkan Jurus Peupeuhan dinamakan Jurus Keras. Istilah yang sering digunakan di lingkungan Nampon untuk tenaga dalam adalah spierkracht. Kracht merupakan daya yang ditimbulkan dengan jalan senam atau jurus pernapasan.
Sejak tahun 1932, Nampon mengajarkan ilmunya di daerah Ciburial Padalarang Jawa Barat, di antara murid-muridnya banyak terdapat tokoh-tokoh kemerdekaan. Untuk lebih memudahkan silaturahmi antara murid-murid Nampon, pada 21 Juni 1993 di Jakarta dibentuk Paguron Penca Silat Nampon (PPSN). PPSN terus berkembang dengan pesat terutama di Jawa Barat, Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur dan daerah-daerah lainnya di luar Jawa. Murid-muridnya terdiri dari berbagai lapisan masyarakat mulai dari kalangan usahawan, selebritis, pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum. Perguruan ini memiliki materi pelajaran yang sangat praktis dan efektif untuk mempertahankan diri dari serangan lawan baik dari jarak dekat maupun jarak jauh. Selain materi pelajaran tenaga dalam dan jurus-jurus pencak silat, diberikan pula pelajaran teknik pengobatan melalui ilmu tenaga dalam.
Aliran Sabandar diciptakan oleh Mohammad Kosim seorang perantau yang berasal dari Pagarruyung Sumatera Barat yang berkelana sampai ke Pulau Jawa. Ia sempat tinggal di Jakarta dan pada akhirnya sampai di Kampung Sabandar Cianjur dan menetap di sana. Nama Aliran Sabandar diambil dari tempat tinggal penciptanya yaitu Kampung Sabandar Cianjur.
Pelajaran seni beladiri aliran ini, pertama kali diketahui dan dipelajari oleh Rd. H. Enoh, murid generasi pertama dari Rd. H. Ibrahim yang masih merupakan kemenakannya. Sejak saat itu, kerabat-kerabat yang belajar kepada Rd. H. Ibrahim juga mempelajari Aliran Sabandar ini sehingga mulai saat itu di Cianjur pada umumnya sudah dianut dua aliran pencak silat yaitu aliran Cikalong dan aliran Sabandar.
Jurus pokok yang terdapat di dalam Maenpo Aliran Sabandar ada lima, yang di dalam aplikasinya setiap jurus dapat dikembangkan lagi sesuai dengan kondisi lawan saat itu.
Di dalam aliran Sabandar yang dikembangkan oleh Aa Aman, Cikaret, Cianjur, keadaan lawan yang menyerang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu lawan yang menggunakan kekuatan penuh, lawan yang menggunakan kekuatan setengah, dan lawan yang tidak menggunakan tenaga. Menghadapi ketiga macam keadaan tersebut, maka seorang praktisi Sabandar akan mengantisipasinya dengan tiga cara pula, yaitu dengan cara pangkat (awal), tengah, dan tungtung (akhir). Proses belajar diterapkan dengan cara bertahap, mulai dari mempelajari jurus secara benar, perkelahian jarak dekat dengan metode tempelan menggunakan teknik-teknik yang bersifat fisik, sampai dengan menghadapi lawan dari jarak jauh dengan menggunakan tenaga batin. Namun, karena Sabandar mempelajari cara perkelahian jarak jauh, banyak yang mengatakan bahwa Sabandar adalah perguruan atau aliran tenaga dalam.
Dengan diselenggarakannya Seminar dan Workshop Tenaga Dalam dan Pernapasan, diharapkan wawasan masyarakat terhadap ilmu tenaga dalam dan pernapasan akan semakin luas, dan yang paling penting peranan para praktisi tenaga dalam dan pernapasan harus dapat dirasakan oleh masyarakat luas.
Bagi yang berminat mengikuti seminar dan workshop dapat menghubungi Sekretariat Panitia di Jln. Titiran No. 19, Bandung 40133. tlp/Fax. (022) 2500398, 08122386543, dan 08122342210.***
(Penulis adalah Redaktur Majalah ”Duel”).
Sumber : pikiran rakyat

Maenpo sabandar

Melumpuhkan dengan Rasa Pesilat Sabandar tidak hanya mengandalkan kecepatan dan kekuatan dalam perkelahian. MAENPO SABANDAR Tubuhnya tampak ringkih. Punggungnya sedikit melengkung. Saat berjalan, langkahnya tertatih. Secara fisik, Wak Entir, 92 tahun, memang memprihatinkan. Ditambah lagi hanya sebelah matanya yang melek. Pendengarannya pun sudah sangat berkurang. Tapi, kalau sudah diajak sparing tempelan, Tenaganya langsung bangkit. Lawan yang lebih muda dijamin kerepotan, kata R. Memet Muhammad Tohir, sesepuh maenpo Sabandar. Adapun Wak Entir adalah sesepuh maenpo (sebutan orang Sunda untuk pencak silat) Cianjur aliran Sabandar. Sabandar adalah salah satu aliran pencak silat di Cianjur yang diperkenalkan oleh Muhammad Kosim (1776-1880). Ia adalah seorang pendekar dari Pagaruyung, Sumatera Barat, yang berkelana ke Pulau Jawa. Kosim muda sempat tinggal di Jakarta sebelum melangkahkan kaki ke Kampung Sabandar, Cianjur, untuk menetap di sana. Aliran silat yang ia bawa ini kemudian dinamai sesuai dengan kampung tempatnya bermukim. Menurut Memet, pada saat itu di Cianjur sudah ada aliran silat yang cukup terkenal, yakni Cikalong, yang diciptakan oleh R. H. Ibrahim. Aliran silat ini banyak dipelajari oleh kaum menak atau bangsawan setempat. Salah satu murid Ibrahim, yakni R. H. Enoh, kemudian juga berguru kepada Mamak (panggilan orang tua di Sunda) Kosim. Langkah Enoh ini diikuti oleh beberapa murid Ibrahim lainnya secara diam-diam. Meski begitu, Ibrahim akhirnya mengetahui bahwa beberapa muridnya ternyata juga berguru kepada seseorang yang ia tak kenal. Lantas, karena penasaran, ia berkunjung ke Kampung Sabandar untuk menemui Mamak Kosim. Di sana, kedua pendekar tersebut sepakat menjajal ilmu masing-masing. Namun, begitu tangan keduanya menempel, Mamak Kosim terkejut. Ia tahu ilmu Ibrahim sungguh hebat. Hal serupa dirasakan Ibrahim. Kalau saya yang menyerang duluan, pasti saya terluka. Kalau Anda yang mencoba menyerang, pasti Anda yang terluka, kata Ibrahim kepada Mamak Kosim, seperti diceritakan kembali oleh Memet. Keduanya lalu hanya berdiam diri. Tak ada yang berani memulai serangan. Lebih baik kita akhiri saja sebelum ada yang terluka, kata Mamak Kosim. Ibrahim setuju dan keduanya pun berjabat tangan. Ilmu pencak silat Sabandar akhirnya berkembang secara pesat, terutama di kalangan menak atau bangsawan lokal dan kelompok tarekat serta pesantren-pesantren di daerah Cianjur. Salah satu murid Mamak Kosim adalah Ajengan Cirata. Ketika hendak pindah ke Purwakarta, ia meminta Mamak Kosim ikut serta. Beliau setuju dan menetap di Purwakarta hingga akhir hayat. Meski Mamak Kosim sudah tiada, murid-muridnya tetap melanjutkan penyebaran ilmu pencak silat ini di Cianjur. Kini aliran Sabandar banyak ditemui di wilayah Bojongherang dan Cikaret sebagai pusat perguruan. Karena generasi kedua aliran ini juga belajar Cikalong, gaya kedua aliran akhirnya saling mempengaruhi. Persamaan keduanya adalah menitikberatkan pada rasa, kata Pepen Effendi, sesepuh Sabandar. Rasa bisa diterjemahkan sebagai upaya mendasarkan dan menyesuaikan sirkulasi pergerakan dengan kekuatan lawan. Dengan rasa, pesilat Sabandar tidak hanya mengandalkan kecepatan dan kekuatan dalam perkelahian, tapi juga sensitivitas fisik sehingga mampu membaca arah gerakan atau serangan musuh dan menggunakan kekuatan atau energi yang pas untuk mengantisipasi serangan tersebut. Ada dua jenis rasa. Yang pertama adalah rasa antel, yang dipelajari dengan berlatih tempelan, yakni latihan pergerakan tangan berpasangan atau sparing. Yang kedua adalah rasa anggang, yang merupakan kemampuan mendeteksi Karakter khas Sabandar lainnya adalah titimbangan, yang berarti keseimbangan. Maknanya bahwa pesilat Sabandar menitikberatkan usahanya untuk mencari keseimbangan tubuh yang tepat. Pada saat bersamaan merusak keseimbangan lawan dengan memanfaatkan tenaganya, kata Pepen. Untuk mampu menguasai titimbangan dengan baik, pesilat Sabandar harus mempelajari kaidah leleus atau melemaskan dan menghaluskan gerak tubuh. Tujuannya agar lawan yang dihadapi tidak menyadari kekuatan dan, Memancing musuh untuk mengeluarkan kekuatannya, kata Cece Sumantri, sesepuh Sabandar. Pada saat musuh mengeluarkan tenaganya itulah pesilat Sabandar melakukan elakan halus yang membuat serangan lawan menemui tempat kosong. Konsep inilah yang disebut 'leungit' atau menghilang. Artinya serangan lawan yang terpancing dengan energi penuh hanya menemui tempat kosong, katanya. Ketika itulah pesilat Sabandar menyerang dengan memanfaatkan tenaga lawan yang sudah habis tersebut untuk menyerang dan melumpuhkan lawan, yang disebut tungtung gerak. Jika ada seorang kakek di Cianjur dan terlihat renta, jangan sesekali mengusiknya. Siapa tahu sang kakek ternyata adalah sesepuh Sabandar yang tampak ringkih, tapi ketika diajak sparing tempelan langsung membuat Anda tersungkur. Penulis : AMAL IHSAN Koran tempo edisi Minggu, 24 Juni 2007 Publish By Core 01 - Buncis www.silatindonesia.com

Silat : Kari cikaret

Kari Cikaret tidak mengenal praktek latihan dengan memukul benda-benda keras. Oleh : AMAL IHSAN Plak! Sebuah tamparan ke arah pipi kiri terdengar begitu nyaring. Dari suaranya, bisa dipastikan tamparan itu sangat keras dan menyakitkan. Tak mengherankan jika yang terkena tamparan itu langsung lari terbirit-birit menghindar. Beberapa orang yang menyaksikan adegan tersebut langsung tertawa. Kalian sih bisa tertawa, saya sudah kenyang kena pukulannya. Menyentuhnya saja sudah merinding, kata Mamai sembari bergidik. Mamai adalah salah satu murid aliran pencak silat Kari Cikaret. Yang menampar dia adalah sang guru, Dudun Abdullah. Wajar apabila yang berlatih bergidik. Sebab, siapa pun yang melihat peragaan jurus pukulan yang sangat cepat dan keras itu pasti akan merasa ngeri bercampur kagum. Wak Dudun--sang guru biasa disapa--adalah putra Aa Toha (wafat pada 1972), yang menjadi perintis aliran ini. Nama Kari diambil dari nama Bang Kari, guru silat asal Kampung Benteng, Tangerang, yang menjadi sumber ilmu. Sedangkan Cikaret adalah nama daerah di Cianjur, tempat Aa Toha bermukim. Tidak banyak yang diketahui soal Bang Kari kecuali bahwa ia adalah salah seorang guru dari Rd. H Ibrahim, pendiri Cikalong. Menurut Rd. Memet, salah seorang sesepuh Maenpo Cianjur, Ibrahim semula berguru kepada Bang Madi, asal Kampung Tengah, Tanah Abang, Batavia. Suatu ketika Bang Madi memintanya berguru ke Bang Kari di Tangerang untuk menambah pengalaman. Bang Kari sendiri terkenal sebagai tokoh pencak silat yang menguasai permainan pukulan (peupeuhan). Sesampainya di sana, Ibrahim mengungkapkan niatnya untuk belajar silat. Semula Bang Kari tidak langsung menyetujuinya. Tapi, setelah dijelaskan oleh Ibrahim bahwa ia datang atas petunjuk Bang Madi, Bang Kari lalu paham bahwa secara halus Bang Madi meminta ia mencoba muridnya dan lantas mengajarkan ilmunya. Ibrahim disuruh memasang kuda-kuda dan Bang Kari lantas menyerangnya bertubi-tubi. Ibrahim mampu menghindari semua serangan Bang Kari. Tapi, sebaliknya, Ibrahim pun tidak bisa menjatuhkan Bang Kari. Dia hanya mampu berputar-putar menghindar tanpa mampu menyerang Bang Kari. Ketika Bang Kari hendak menyerang dengan menginjak kaki Ibrahim, serangan tersebut bisa dihindari sehingga papan lantai rumah Bang Kari patah terkena injakan keras tersebut. Bang Kari pun akhirnya berhenti menyerang seraya berkata, Sudah cukup Raden belajar silat karena tidak ada lagi yang bisa mengalahkan Raden. Tapi Ibrahim terus memohon agar ia diterima sebagai murid. Hati Bang Kari pun akhirnya luluh dan bersedia menurunkan ilmunya, Dari Rd. H Ibrahim dan murid-muridnya itulah, yang juga belajar aliran Sabandar dari Muhammad Kosim, ilmu pukulan Bang Kari ini diwariskan sampai ke Aa Toha. Karakteristik aliran ini mengandalkan serangan tangan, baik lewat pukulan kepalan, telapak, punggung tangan, siku, maupun bagian lain dari tangan. Uniknya, bentuk kepalan dalam Kari Cikaret juga khas, yaitu dengan menonjolkan buku jari telunjuk. Kalau ini mengenai bagian tubuh yang rawan, seperti jakun atau leher, bisa mematikan, kata Wak Dudun. Selain itu, serangan dilakukan secara cepat dan bertubi-tubi. Tidak seperti aliran bela diri keras lainnya, Kari Cikaret tidak mengenal praktek latihan dengan memukul benda-benda keras. Memukul benda itu mudah, tapi yang sulit adalah memukul orang karena manusia tentu tidak akan diam kalau dipukul, katanya. Perbedaan lainnya, karena dipengaruhi aliran Cikalong dan Sabandar, Kari Cikaret juga mengenal latihan sparring dengan menempel tangan lawan untuk melatih rasa atau kemampuan mendeteksi serangan lawan. Perbedaannya, dalam latihan sparring itu, reaksi serangannya adalah dengan pukulan keras ke leher, tendangan ke arah kemaluan, cakaran ke bagian muka, dan patahan ke jemari lawan. Karena teknik silat ini yang mematikan, salah seorang murid Wak Dudun pernah membunuh seseorang dalam perkelahian. Karena dia berkelahi untuk membela diri, dia hanya dipenjara selama 2 tahun, katanya. Wajar jika Mamai lari terbirit-birit meski hanya memperagakan salah satu jurus bersama sang guru. Sebab, Maenpo Kari Cikaret memang benar-benar mematikan. www.silatindonesia.com

सीलत : करी Cikaret

Kari Cikaret tidak mengenal praktek latihan dengan memukul benda-benda keras. Oleh : AMAL IHSAN Plak! Sebuah tamparan ke arah pipi kiri terdengar begitu nyaring. Dari suaranya, bisa dipastikan tamparan itu sangat keras dan menyakitkan. Tak mengherankan jika yang terkena tamparan itu langsung lari terbirit-birit menghindar. Beberapa orang yang menyaksikan adegan tersebut langsung tertawa. Kalian sih bisa tertawa, saya sudah kenyang kena pukulannya. Menyentuhnya saja sudah merinding, kata Mamai sembari bergidik. Mamai adalah salah satu murid aliran pencak silat Kari Cikaret. Yang menampar dia adalah sang guru, Dudun Abdullah. Wajar apabila yang berlatih bergidik. Sebab, siapa pun yang melihat peragaan jurus pukulan yang sangat cepat dan keras itu pasti akan merasa ngeri bercampur kagum. Wak Dudun--sang guru biasa disapa--adalah putra Aa Toha (wafat pada 1972), yang menjadi perintis aliran ini. Nama Kari diambil dari nama Bang Kari, guru silat asal Kampung Benteng, Tangerang, yang menjadi sumber ilmu. Sedangkan Cikaret adalah nama daerah di Cianjur, tempat Aa Toha bermukim. Tidak banyak yang diketahui soal Bang Kari kecuali bahwa ia adalah salah seorang guru dari Rd. H Ibrahim, pendiri Cikalong. Menurut Rd. Memet, salah seorang sesepuh Maenpo Cianjur, Ibrahim semula berguru kepada Bang Madi, asal Kampung Tengah, Tanah Abang, Batavia. Suatu ketika Bang Madi memintanya berguru ke Bang Kari di Tangerang untuk menambah pengalaman. Bang Kari sendiri terkenal sebagai tokoh pencak silat yang menguasai permainan pukulan (peupeuhan). Sesampainya di sana, Ibrahim mengungkapkan niatnya untuk belajar silat. Semula Bang Kari tidak langsung menyetujuinya. Tapi, setelah dijelaskan oleh Ibrahim bahwa ia datang atas petunjuk Bang Madi, Bang Kari lalu paham bahwa secara halus Bang Madi meminta ia mencoba muridnya dan lantas mengajarkan ilmunya. Ibrahim disuruh memasang kuda-kuda dan Bang Kari lantas menyerangnya bertubi-tubi. Ibrahim mampu menghindari semua serangan Bang Kari. Tapi, sebaliknya, Ibrahim pun tidak bisa menjatuhkan Bang Kari. Dia hanya mampu berputar-putar menghindar tanpa mampu menyerang Bang Kari. Ketika Bang Kari hendak menyerang dengan menginjak kaki Ibrahim, serangan tersebut bisa dihindari sehingga papan lantai rumah Bang Kari patah terkena injakan keras tersebut. Bang Kari pun akhirnya berhenti menyerang seraya berkata, Sudah cukup Raden belajar silat karena tidak ada lagi yang bisa mengalahkan Raden. Tapi Ibrahim terus memohon agar ia diterima sebagai murid. Hati Bang Kari pun akhirnya luluh dan bersedia menurunkan ilmunya, Dari Rd. H Ibrahim dan murid-muridnya itulah, yang juga belajar aliran Sabandar dari Muhammad Kosim, ilmu pukulan Bang Kari ini diwariskan sampai ke Aa Toha. Karakteristik aliran ini mengandalkan serangan tangan, baik lewat pukulan kepalan, telapak, punggung tangan, siku, maupun bagian lain dari tangan. Uniknya, bentuk kepalan dalam Kari Cikaret juga khas, yaitu dengan menonjolkan buku jari telunjuk. Kalau ini mengenai bagian tubuh yang rawan, seperti jakun atau leher, bisa mematikan, kata Wak Dudun. Selain itu, serangan dilakukan secara cepat dan bertubi-tubi. Tidak seperti aliran bela diri keras lainnya, Kari Cikaret tidak mengenal praktek latihan dengan memukul benda-benda keras. Memukul benda itu mudah, tapi yang sulit adalah memukul orang karena manusia tentu tidak akan diam kalau dipukul, katanya. Perbedaan lainnya, karena dipengaruhi aliran Cikalong dan Sabandar, Kari Cikaret juga mengenal latihan sparring dengan menempel tangan lawan untuk melatih rasa atau kemampuan mendeteksi serangan lawan. Perbedaannya, dalam latihan sparring itu, reaksi serangannya adalah dengan pukulan keras ke leher, tendangan ke arah kemaluan, cakaran ke bagian muka, dan patahan ke jemari lawan. Karena teknik silat ini yang mematikan, salah seorang murid Wak Dudun pernah membunuh seseorang dalam perkelahian. Karena dia berkelahi untuk membela diri, dia hanya dipenjara selama 2 tahun, katanya. Wajar jika Mamai lari terbirit-birit meski hanya memperagakan salah satu jurus bersama sang guru. Sebab, Maenpo Kari Cikaret memang benar-benar mematikan. www.silatindonesia.com

IPSI

Bagaimana IPSI Pasca Dwitunggal Terpecah?
Post By core01
Wednesday, August 29, 2007 03:20:57
Clicks: 1207



Musyawarah Nasional Ikatan Pencak Silat Indonesia (Munas IPSI) XII, yang memilih kembali Prabowo Subianto, sudah berakhir Jumat (24/8). Munas kali berlangsung seru sebab dwitunggal Prabowo-Rachmat Gobel, yang kompak empat tahun lalu, terpecah menjadi dua kubu sebelum munas dimulai. Bagaimana kelanjutan masa depan IPSI? Berikut pandangan Prabowo Subianto, Ketua Umum IPSI terpilih, dan Eddie M. Nalapraya, tokoh senior pencak silat Indonesia, kepada Donny Winardi. Prabowo Subianto ............................................... Sebagai ketua umum terpilih PB IPSI periode 2007-2011, saya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada saya. Terima kasih untuk panitia munas yang telah bekerja keras sehingga acara ini dapat berlangsung dengan baik. Juga untuk seluruh peserta, terutama dari daerah-daerah yang jauh, yang telah bekerja keras menghasilkan keputusan-keputusan penting buat PB IPSI empat tahun yang akan datang. Saya tidak ingin berpidato panjang lebar karena semua pasti sangat lelah setelah mengikuti munas selama empat hari. Intinya, marilah kita mengambil pelajaran dari semua yang telah terjadi dalam munas sebagai bahan untuk kita. Saya diberi waktu sebulan untuk menyusun kepengurusan. Untuk itu, saya akan secara intensif meminta dukungan dari seluruh peserta munas. Seperti yang sudah saya katakan, kondisi pencak silat kita membutuhkan crash program. Langkah-langkah cepat karena kita sedang menghadapi acara-acara besar yang strategis dalam beberapa bulan yang akan datang. Karena itu, dalam waktu yang sangat singkat saya akan mengundang para peserta munas untuk datang kembali. Kita akan bersama-sama menyusun pelatnas, yang akan dibentuk kembali. Tim pelatnas yang saat ini ada di Kalimantan sudah saya panggil kembali ke Jakarta. Dalam hari-hari ini kita akan susun kembali. Saya akan meminta bantuan perwira-perwira yang sudah dijanjikan oleh Bapak KASAD. Segera kita bentuk pelatnas yang baru supaya tidak kehilangan banyak waktu. Jadi, dalam sebulan ini akan saya ambil langkah-langkah yang cepat. Ambil yang Baik Saya ingin kita merenungkan kembali semua yang terjadi selama munas. Kita ambil yang baik dan yang kurang berkenan kita saling maafkan. Kalau ada kata-kata yang panas, itu biasa. Ibarat pantun 'kalau ada paku yang patah jangan disimpan di dalam peti, kalau ada kata-kata yang salah jangan disimpan di dalam hati'. Di sini bingung, di sana bingung, tapi hati harus tetap bersih. Sekali lagi saya ingatkan, kita ambil yang baik dan tinggalkan yang kurang baik. Kita harus ingat pada filosofi-filosofi kita, kembali pada jatidiri budaya bangsa Indonesia. Pencak silat menjadi benteng budaya bangsa Indonesia, kearifan nenek moyang kita, dari seluruh penjuru Tanah Air. Semua suku, semua daerah, seluruh bangsa Indonesia, memiliki kearifan. Kita ambil kearifan dari semua daerah. Kalau ada saudara-saudara kita yang mungkin salah paham, kita akan berusaha merangkul dan mengajak. Kita harus selalu berusaha mencari kesejukan, mencari persaudaraan. Kalau ada perbedaan di antara pendekar, itu biasa. Yang penting adalah mari selalu bersaudara. Tidak ada kesalahan yang tidak bisa diperbaiki. Itulah dasar saya untuk memimpin IPSI. Saya terima tugas ini dengan berat. Semata-mata ini adalah penugasan. Saya berharap seluruh unsur akan bahu-membahu membantu agar kehormatan bangsa yang dipertaruhkan di hadapan banyak orang dapat dipertahankan. Pencak silat harus menjadi benteng Merah Putih yang kokoh. Menjadi perekat bangsa Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Pencak silat harus dapat mengawal Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kalau dahulu IPSI lahir di tengah perang kemerdekaan, sekarang pun tidak boleh kalah dalam semangat mempertahankan NKRI sampai titik darah penghabisan! Eddie M. Nalapraya ............................................... Saya ikut mengucapkan selamat atas terpilihnya Prabowo sebagai Ketua Umum PB IPSI 2007-2011. Saya sebenarnya tidak mengikuti langsung Munas PB IPSI yang baru berlangsung karena sakit. Saya hanya mengikuti berita dari media dan informasi dari kawan-kawan. Dari berita-berita yang ada dan informasi itu, sepertinya memang ada gejala perpecahan. Saya tak ingin mempersoalkan friksi yang ada di tubuh PB IPSI. Yang jelas kini Prabowo adalah ketua umum. Kalaupun ada masalah seharusnya dapat dibicarakan secara jujur dan terbuka. Saya ingatkan pengurus yang baru nanti harus merefleksi kembali ke tujuan pendirian IPSI tahun 1948. Pengurus yang baru seharusnya menghormati para pendiri IPSI. Organisasi ini didirikan untuk mempersatukan seluruh perguruan silat yang ada di Tanah Air, bukan malah memecah belah. Seharusnya Prabowo mengajak seluruh unsur untuk duduk bersama kembali dan berbicara dengan hati lapang untuk kebaikan pencak silat di masa datang. Kunci sukses kepengurusan Prabowo adalah kemampuan dia memilih pembantu-pembantu yang bakal bertugas menjalankan seluruh program IPSI. Orang-orang yang duduk dalam kepengurusan harus dapat diterima semua pihak. Orang yang dipilih harus punya kualitas hebat dalam berorganisasi. Pengurus yang dipilih harus berakhlak baik dan tak punya cacat. Dia harus setia pada misi, melestarikan pencak silat sesuai dengan tujuan awal IPSI berdiri. Tugas Prabowo tidak enteng. Sebagai bekas perwira tinggi, leadership-nya benar-benar diuji. Tak hanya mempersatukan dan melestarikan pencak silat di Indonesia, tetapi juga mempertahankan nama baik silat Indonesia di dunia internasional. Indonesia sudah dianggap sebagai kiblat pencak silat bagi dunia internasional. Ujian pertama harus dilewati dalam SEA Games 2007 di Thailand dan Asian Indoor Games di Hanoi, yang akan digelar Desember nanti. Dari situ akan kelihatan hasil kerja pengurus baru IPSI. Kalau saya melihat kembali kepengurusan 2003-2007, sebenarnya semua berjalan baik. Bahkan Prabowo dan Rachmat Gobel adalah dwitunggal. Tapi, mengapa sebulan menjelang munas semua jadi berantakan? Siklus kompetisi di era kepengurusan yang lalu juga sangat bagus. Banyak kompetisi yang diputar di dalam negeri. Kalau lantas bicara prestasi internasional yang dianggap menurun, itu tidak sepenuhnya menjadi kesalahan PB IPSI. Bagaimana pengurus daerah dan perguruan bekerja? Apakah sudah baik? Kalau baik, mengapa banyak atlet yang masuk pelatnas dengan kondisi fisik yang di bawah standar? Dalam masalah pembinaan, PB IPSI berperan memberi unsur penajaman. Namun, jangan juga lupakan tugas untuk terus memantau perkembangan di daerah. Tugas Prabowo nantinya adalah mengoreksi fungsi-fungsi kepengurusan yang tidak berjalan baik dalam kepengurusan yang lalu. Sekali lagi saya berharap Prabowo mampu memilih orang yang tepat untuk membantu tugas-tugasnya sebagai Ketua Umum PB IPSI. Sumber : Bola News http://www.bolanews.com